Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekesalan Pagi Hari, Sepanjang Ciledug hingga Blok M

Kompas.com - 24/10/2014, 08:57 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Rutinitas kerja membawa Henry (27), warga Pinang, Tangerang, setiap harinya melewati jalur Ciledug-Cipulir-Blok M. Adapun kantor tempatnya bekerja berada di daerah Blok M sehingga jalur tersebut dia nilai merupakan jalur yang terdekat.

Permasalahan dialami Henry setiap berangkat dan pulang kerja. Kemacetan yang disebabkan oleh angkot, kopaja, maupun metromini yang ngetem di pinggir, bahkan tengah jalan, pengendara yang tidak taat lampu merah, dan hal lainnya membuat dia sering kesal.

"Saya bisa berangkat pukul 05.00 dari rumah biar enggak telat masuk kerja pukul 08.00. Padahal, kalau di sini enggak macet itu cepat, enggak sampai satu jam sudah sampai kalau lancar," tutur Henry kepada Kompas.com, Kamis (23/10/2014) malam.

Pengalaman Henry setiap hari, hampir selalu membuat dia kesal, yakni soal lampu merah. Kebanyakan, kata Henry, lampu merah yang ada di sepanjang Cipulir menuju Ciledug berfungsi untuk mengatur perempatan dan persimpangan jalan. Namun, kenyataannya, yang ditemui sangatlah berbeda.

"Motor-motor itu banyak sekali yang nyerobot lampu merah. Emangnya itu (lampu merah) pajangan doang kali ya," ujar dia seraya kesal.

Untuk hal tersebut, Henry mengaku telah melihatnya terjadi setiap hari, terutama saat jam pulang kerja. Akibat menyerobot lampu merah, biasanya kendaraan yang sudah mengantre lama dari arah Blok M jadi tidak bisa bergerak dan semakin membuat kemacetan panjang.

Penyerobotan lampu merah semakin diperparah dengan adanya "Pak Ogah" yang sesuka hati mengatur arus kendaraan. Henry mengungkapkan, kendaraan umum yang ngetem tidak teratur membuat kendaraan tidak bisa lewat. Puluhan kendaraan di belakang bus, misalkan, hanya akan menunggu bus tersebut penuh penumpang. Padahal, di depan bus kondisi jalan lengang.

"Memang tidak tahu diri mereka. Kalau saya naik mobil pasti udah diem saja, kalau motor masih bisa nyalip-nyalip," tambah dia.

Dari pantauan Kompas.com pada hari yang sama saat Henry pulang kerja, kendaraan rata-rata hanya bisa bergerak di kisaran lima kilometer per jam. Banyak sepeda motor yang melawan arus karena macet sampai kendaraan yang tidak bergerak di depan mereka. Kekacauan arus lalu lintas di Cipulir-Ciledug ini diketahui telah terjadi dari beberapa tahun yang lalu sampai sekarang. Jadi, bagaimana mau jalan lancar jika pengendaranya sendiri tidak tertib?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com