Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keindahan Cahaya Lampu di Ibu Kota

Kompas.com - 27/10/2014, 18:05 WIB
KOMPAS/PRIYOMBODO Pengunjung menyaksikan video mapping karya Adi Panuntun dan Sembilan Matahari dengan latar gedung Museum Fatahillah di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, Kamis (13/3/2014) malam. Acara Fiesta Fatahillah yang dihadiri oleh Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, ini menandai secara resmi dimulainya revitalisasi Kota Tua.
KOMPAS.com - Jajaran lampu-lampu jalan dan lampu yang menghiasi sejumlah gedung di Jakarta menjadi daya tarik tersendiri bagi warga yang tinggal di kota ini. Bahkan, bukan saja warga kota Jakarta yang dapat menikmati cahaya lampu tersebut, Daniel (45), pria asal Kanada, jatuh cinta pada kota Jakarta karena cahaya yang dipancarkan oleh lampu-lampu yang ditata dengan rapi.

”Kalau jalan di kota Jakarta saat dini hari, pukul 2-4 pagi, cahaya yang menerangi kota ini membuat Jakarta tidak berbeda dengan kota-kota besar di dunia yang tertata baik,” ujar Daniel yang ditemui di kawasan Monas, Minggu (26/10) dini
hari.

Daniel mengatakan sudah beberapa kali ke Jakarta dan setiap ke Jakarta selalu kagum dengan cahaya lampu kota Jakarta saat dini hari.

”Kalau saja suasana Jakarta dini hari ini bisa dinikmati lebih sering, orang akan mengenal ’City of Light’ tidak hanya Paris, tetapi juga Jakarta,” ujarnya.

Dunia mengenal kota Gwangju, Korea Selatan, yang juga dijuluki ”City of Light”. Julukan itu bukan omong kosong jika melihat bagaimana otorita di provinsi tersebut menata lampu-lampu yang menerangi kota-kotanya.

Atau keindahan kota Praha, Ceko, saat memasuki malam. Kota yang mempunyai sejarah lebih dari 1.000 tahun tersebut penuh dengan gedung dengan arsitektur bergaya klasik seperti gaya Rococo atau yang dikenal juga sebagai gaya akhir era Baroque.

Saat memasuki kota ini menjelang senja dari arah Berlin, Jerman, dengan jalan yang seiring aliran sungai Vltava atau disebut pula Moldau dalam bahasa Jerman, sambutan cahaya dari lampu-lampu yang ada membuat suasana malam terasa hangat, meski dengan udara yang masih dirasakan cukup dingin di bulan Mei, bagi sebagian besar penduduk yang biasa tinggal di daerah tropis.

Jika kebetulan Anda menyusuri jalan layang non-tol di atas jalan Antasari, Jakarta Selatan, dari arah Jalan TB Simatupang menuju kawasan Blok M, barisan gedung dan cahaya dari lampu berjajar yang dipancarkannya akan memberikan suasana syahdu.

Saat Kompas menyusuri jalan layang non-tol tersebut, Minggu (26/10) dini hari, suasana yang sulit dilukiskan dengan kata-kata segera menyergap perasaan.

Begitu turun di kawasan Blok M, cahaya yang berasal dari jajaran lampu penerangan jalan terlihat rapi membentang hingga kawasan Monumen Nasional di Jakarta Pusat. Cahaya lampu yang menimpa tugu monumen itu terpantul dan menghasilkan sinar yang menarik dilihat.

Sementara barisan lampu penerangan jalan di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, yang masih sepi dilintasi kendaraan itu, mampu menghadirkan daya tarik.

Suasana yang indah sebetulnya juga bisa dirasakan saat melintas di jalan di tepi Kanal Timur. Jajaran lampu dan pendar cahaya yang meneranginya juga amat menawan. Asalkan bisa bersahabat dengan bau kurang sedap yang berasal dari Kanal Timur tersebut, jajaran lampu penerangan jalan itu pasti terasa indah.

”Jalannya cukup rapi, desain lampu dan bentuk jembatannya di Kanal Timur itu sebetulnya amat menarik. Tapi, sayang, baunya itu memang membuat kita kurang nyaman. Tidak mengherankan jika setiap kali angin malam berembus, kita harus menutup hidup,” ujar Adi (40), warga Klender, Jakarta Timur, yang kerap bersepeda di jalur sepeda yang tersedia di sepanjang Kanal Timur.

Keindahan gedung yang ditimpa cahaya bisa dilihat di gedung Mal Taman Anggrek. Gedung mal dan apartemen, sering dijadikan layar bagi cahaya yang menari indah.

Suasana bermandikan cahaya juga bisa dinikmati saat melintas di jalan dekat mal Living World, Alam Sutera, Tangerang.

Lampu yang ikut menghiasi pohon yang dirangkai berjajar dan bergerak seperti air menetes berwarna warni, amat memesona. (MAM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Daftar Seleksi Calon Atlet PPOP DKI Jakarta 2024 dan Syaratnya

Cara Daftar Seleksi Calon Atlet PPOP DKI Jakarta 2024 dan Syaratnya

Megapolitan
Fortuner Penyebab Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ adalah Mobil Dinas Polda Jabar

Fortuner Penyebab Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ adalah Mobil Dinas Polda Jabar

Megapolitan
Foto Kondisi Longsor Sepanjang 10 Meter di Perumahan New Anggrek 2 Depok

Foto Kondisi Longsor Sepanjang 10 Meter di Perumahan New Anggrek 2 Depok

Megapolitan
Kebakaran Toko Pakaian di Pecenongan Diduga akibat Korsleting

Kebakaran Toko Pakaian di Pecenongan Diduga akibat Korsleting

Megapolitan
Pengembangan Stasiun Tanah Abang Pangkas 'Headway' KRL Jalur Serpong, Jadi Lebih Cepat Empat Menit

Pengembangan Stasiun Tanah Abang Pangkas "Headway" KRL Jalur Serpong, Jadi Lebih Cepat Empat Menit

Megapolitan
Pendaftaran Cagub Independen DKI Dibuka, Syarat Calon Dapat 618.968 Dukungan Warga Jakarta

Pendaftaran Cagub Independen DKI Dibuka, Syarat Calon Dapat 618.968 Dukungan Warga Jakarta

Megapolitan
Fenomena Tawuran di Pasar Deprok, Disebut Ulah Provokator dan Diawali Pemasangan Petasan

Fenomena Tawuran di Pasar Deprok, Disebut Ulah Provokator dan Diawali Pemasangan Petasan

Megapolitan
Syoknya Lansia di Bogor, Nyaris Tewas Usai Tertimbun Reruntuhan Rumahnya yang Ambruk akibat Longsor

Syoknya Lansia di Bogor, Nyaris Tewas Usai Tertimbun Reruntuhan Rumahnya yang Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Pengakuan Alumni STIP soal Senioritas di Kampus: Telan Duri Ikan hingga Disundut Rokok

Pengakuan Alumni STIP soal Senioritas di Kampus: Telan Duri Ikan hingga Disundut Rokok

Megapolitan
Junior Tewas Dianiaya Senior di STIP, Keluarga Pelaku Belum Datangi Pihak Korban

Junior Tewas Dianiaya Senior di STIP, Keluarga Pelaku Belum Datangi Pihak Korban

Megapolitan
Sopir Diduga Mengantuk, Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ

Sopir Diduga Mengantuk, Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ

Megapolitan
Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Pegawai Berhamburan ke Luar Gedung

Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Pegawai Berhamburan ke Luar Gedung

Megapolitan
Warga yang Buang Sampah Sembarangan di Dekat Lokbin Pasar Minggu Bakal Didenda Rp 500.000

Warga yang Buang Sampah Sembarangan di Dekat Lokbin Pasar Minggu Bakal Didenda Rp 500.000

Megapolitan
Sopir di Tangerang Curi Uang Majikan Rp 150 Juta, Ajak Istri Saat Beraksi

Sopir di Tangerang Curi Uang Majikan Rp 150 Juta, Ajak Istri Saat Beraksi

Megapolitan
Polisi: Kami Butuh Partisipasi Warga untuk Atasi Tawuran

Polisi: Kami Butuh Partisipasi Warga untuk Atasi Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com