”Kalau jalan di kota Jakarta saat dini hari, pukul 2-4 pagi, cahaya yang menerangi kota ini membuat Jakarta tidak berbeda dengan kota-kota besar di dunia yang tertata baik,” ujar Daniel yang ditemui di kawasan Monas, Minggu (26/10) dini
hari.
Daniel mengatakan sudah beberapa kali ke Jakarta dan setiap ke Jakarta selalu kagum dengan cahaya lampu kota Jakarta saat dini hari.
”Kalau saja suasana Jakarta dini hari ini bisa dinikmati lebih sering, orang akan mengenal ’City of Light’ tidak hanya Paris, tetapi juga Jakarta,” ujarnya.
Dunia mengenal kota Gwangju, Korea Selatan, yang juga dijuluki ”City of Light”. Julukan itu bukan omong kosong jika melihat bagaimana otorita di provinsi tersebut menata lampu-lampu yang menerangi kota-kotanya.
Atau keindahan kota Praha, Ceko, saat memasuki malam. Kota yang mempunyai sejarah lebih dari 1.000 tahun tersebut penuh dengan gedung dengan arsitektur bergaya klasik seperti gaya Rococo atau yang dikenal juga sebagai gaya akhir era Baroque.
Saat memasuki kota ini menjelang senja dari arah Berlin, Jerman, dengan jalan yang seiring aliran sungai Vltava atau disebut pula Moldau dalam bahasa Jerman, sambutan cahaya dari lampu-lampu yang ada membuat suasana malam terasa hangat, meski dengan udara yang masih dirasakan cukup dingin di bulan Mei, bagi sebagian besar penduduk yang biasa tinggal di daerah tropis.
Jika kebetulan Anda menyusuri jalan layang non-tol di atas jalan Antasari, Jakarta Selatan, dari arah Jalan TB Simatupang menuju kawasan Blok M, barisan gedung dan cahaya dari lampu berjajar yang dipancarkannya akan memberikan suasana syahdu.
Saat Kompas menyusuri jalan layang non-tol tersebut, Minggu (26/10) dini hari, suasana yang sulit dilukiskan dengan kata-kata segera menyergap perasaan.
Begitu turun di kawasan Blok M, cahaya yang berasal dari jajaran lampu penerangan jalan terlihat rapi membentang hingga kawasan Monumen Nasional di Jakarta Pusat. Cahaya lampu yang menimpa tugu monumen itu terpantul dan menghasilkan sinar yang menarik dilihat.
Sementara barisan lampu penerangan jalan di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, yang masih sepi dilintasi kendaraan itu, mampu menghadirkan daya tarik.
Suasana yang indah sebetulnya juga bisa dirasakan saat melintas di jalan di tepi Kanal Timur. Jajaran lampu dan pendar cahaya yang meneranginya juga amat menawan. Asalkan bisa bersahabat dengan bau kurang sedap yang berasal dari Kanal Timur tersebut, jajaran lampu penerangan jalan itu pasti terasa indah.
”Jalannya cukup rapi, desain lampu dan bentuk jembatannya di Kanal Timur itu sebetulnya amat menarik. Tapi, sayang, baunya itu memang membuat kita kurang nyaman. Tidak mengherankan jika setiap kali angin malam berembus, kita harus menutup hidup,” ujar Adi (40), warga Klender, Jakarta Timur, yang kerap bersepeda di jalur sepeda yang tersedia di sepanjang Kanal Timur.
Keindahan gedung yang ditimpa cahaya bisa dilihat di gedung Mal Taman Anggrek. Gedung mal dan apartemen, sering dijadikan layar bagi cahaya yang menari indah.
Suasana bermandikan cahaya juga bisa dinikmati saat melintas di jalan dekat mal Living World, Alam Sutera, Tangerang.
Lampu yang ikut menghiasi pohon yang dirangkai berjajar dan bergerak seperti air menetes berwarna warni, amat memesona. (MAM)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.