Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pak Ahok, Kenapa WC di Jakarta Basah Semua?"

Kompas.com - 28/10/2014, 19:57 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama memiliki pengalaman terkait sanitasi di Jakarta. Ia membaginya kepada siswa-siswi SD yang menjadi peserta Delegasi Konferensi Anak Indonesia 2014, di Balairung, Balaikota Jakarta, Selasa (28/10/2014).

Dalam acara itu, Basuki mendapat pertanyaan dari seorang siswa bernama Brian.

"Pak Ahok (Basuki), kenapa WC di Jakarta basah semua?" kata Brian bertanya.

Basuki pun tertawa mendengar pertanyaan polos dari siswa kelas V SD itu. "WC di kantor ini saja joroknya luar biasa, basah semua. Pas saya cari tisunya di mana, ternyata tisunya juga pada dicolongin semua. Bapak (Ahok) juga kesal banget kalau lagi buang air, ternyata toiletnya basah, lantainya basah, banyak tisu berserakan," ucap Basuki.

"Saya juga pernah pinjami WC di ruangan saya untuk staf saya. Setelah itu, ternyata kloset saya basah, masa kotoran dia saya yang bersihin. Habis itu, saya enggak mau WC saya dipakai lagi," ujarnya.

Pria yang akrab disapa Ahok itu menjelaskan bahwa Pemprov DKI bakal berupaya mengubah mindset warga secara bertahap. Untuk awal, Basuki menyadarkan warga dengan melakukan tindak tegas sesuai peraturan yang berlaku, misalnya untuk para warga yang membangun bangunan liar di atas lahan negara dan pedagang kaki lima (PKL).

Basuki berjanji bakal membongkar semua bangunan yang berada di bantaran sungai. Selain untuk normalisasi, lahan itu akan dibangun jalan inspeksi. Setelah itu, Pemprov bakal menyosialisasikan kepada warga soal kebersihan.

Ia menginginkan sistem sanitasi yang berada di Jakarta seperti yang diterapkan seperti di Jepang dan Korea. "WC di sana itu sudah elektronik, bersih, dan ada alat pemanasnya. Tetapi, untuk diterapkan di Jakarta, semuanya dilakukan bertahap," kata Basuki.

Pertanyaan selanjutnya datang dari Zuhruf, peserta lain. Ia menanyakan bagaimana tindakan DKI untuk mengantisipasi warga yang gemar buang air sembarangan. Basuki tertawa dan menggelengkan kepala sebelum menjawab pertanyaan anak berusia 10 tahun tersebut.

Basuki menceritakan pengalamannya ke kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, yang selalu tercium bau pesing di sana.

"Saya juga bingung kenapa orang-orang banyak yang berani sembarangan kencing sembarangan di Gedung Kota Tua, baunya pesing banget. Nanti kami pasang tulisan, 'Yang kencing sembarangan di sini anjing', atau 'Yang buang sampah sembarangan monyet'," kata Basuki tertawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com