Di hadapan anggota kongres Kidzania, pria yang akrab disapa Ahok itu menuturkan bahwa dirinya memang tidak tertarik dengan politik. Bahkan dia tidak pernah ikut kegiatan Pramuka, layaknya anak sekolah lainnya.
"Anak-anak ini suatu hari bisa menjadi pejabat. Ini kecil-kecil bisa belajar politik. Saya pramuka aja enggak ikut," kata Basuki kepada anak-anak tersebut, di Balaikota DKI Jakarta, Kamis (30/10/2014).
"Sampai saya sekolah, tidak ikut Osis juga. Kuliah tidak ikut Senat juga. Kuliah beli sparepart saya. Beli sparepart motor, mobil. Jadi saya enggak tahu namanya politik sebetulnya," ujarnya.
Basuki mengatakan beruntung sejak ada reformasi. Dia mulai tertarik berpolitik ketika keluarganya ingin membantu orang banyak, namun terbentur.
"Intinya politik sederhana, anda mau menolong orang atau tidak? Bapak saya bilang, kita cocoknya jadi pejabat. Kenapa? Kalau kita punya 1 miliar, kita bagi orang miskin 500 ribuan, upah minumum dulu 430 ribuan, kita hanya bantu 2.000 orang. Habis uang kita. Tapi kalau kita jadi pejabat, kita bisa membuat semua orang mempunyai penghasilan seperti itu," tuturnya.
Menurut dia, menjadi pejabat bisa menentukan nasib banyak orang. Bahkan dalam falsafah Tiongkok, menjadi pejabat lebih mulia dibandingkan menjadi pedagang. Sebab, menjadi pejabat bisa menolong banyak orang.
"Jadi pejabat harus memutuskan. Ada masalah, anda harus bilang hitam atau putih, tidak ada abu-abu. Tapi orang politik sekarang cari aman, abu-abu," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.