Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polri Sebut Data Pelanggaran FPI Bisa Ditanya ke Kejaksaan Agung

Kompas.com - 12/11/2014, 16:23 WIB
Fathur Rochman

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Ronny F Sompie menyarankan agar Kementerian Dalam Negeri ataupun Kementerian Hukum dan HAM meminta data pelanggaran ormas Front Pembela Islam (FPI) ke Kejaksaan Agung.

Menurut Ronny, data yang sebaiknya diminta oleh kementerian tersebut adalah data yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap. [Baca: Laporkan Ahok ke Polisi, FPI Bawa Barang Bukti Ini]

"Oleh karena itu, data yang dibutuhkan kementerian yang kompeten, apakah ada pelanggaran yang dilakukan ormas, perlu didukung data tentang putusan pengadilan. Seyogianya bisa ditanya ke eksekutor, yakni Kejaksaan Agung," ujar Ronny, Rabu (12/11/2014).

Ronny mengatakan, Polri bisa saja memberikan data-data tentang pelanggaran yang dilakukan oleh FPI. Namun, Polri tidak bisa memastikan apakah data yang dimiliki tersebut sudah berkekuatan hukum tetap setelah dilimpahkan ke jaksa penuntut umum.

"Tetapi, kita kan tidak tahu kasus-kasus yang diserahkan ke jaksa penuntut umum itu diputuskan dan dapat kekuatan hukum tetap. Itu perlu dikaji bersama," ucap Ronny.

"Kalau data, jangan hanya data Polri saja. Tetapi, data yang bisa jadi dasar bagi pengambilan keputusan. Data yang bisa dijadikan dasar adalah data yang punya kekuatan hukum tetap," kata dia. [Baca: Jika Ahok Dilantik Jadi Gubernur, FPI Mau Bawa ke MK dan PTUN]

Ronny menambahkan, saat ini Polri tidak ingin terlalu aktif untuk menyerahkan data-data pelanggaran FPI karena Polri bukan instansi yang berkompeten dalam pembubaran FPI.

Polri tidak ingin ada kesan sebagai instansi yang berinisiatif untuk membubarkan FPI. "Yang punya kompetensi menilai ormas itu polisi atau siapa? Instansi pemerintah yang punya kompetensi. Kalau Polri dianggap punya kontribusi menyerahkan data, Polri siap. Sekarang kan kesannya Polri ini yang punya inisiatif," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Naedi Acungkan Jempol dan Tersenyum Usai Faizal Terhasut Bunuh Sang Paman di Pamulang

Naedi Acungkan Jempol dan Tersenyum Usai Faizal Terhasut Bunuh Sang Paman di Pamulang

Megapolitan
PDI-P Bebaskan Sekda Supian Suri Pilih Bakal Calon Wakil Wali Kota di Pilkada 2024

PDI-P Bebaskan Sekda Supian Suri Pilih Bakal Calon Wakil Wali Kota di Pilkada 2024

Megapolitan
Dibacok Empat Kali oleh Keponakan yang Dendam, Penyebab Pria di Pamulang Tewas di Tempat

Dibacok Empat Kali oleh Keponakan yang Dendam, Penyebab Pria di Pamulang Tewas di Tempat

Megapolitan
Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Diduga akibat Penyempitan Jalan Imbas Proyek LRT

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Diduga akibat Penyempitan Jalan Imbas Proyek LRT

Megapolitan
Bunuh Pamannya, Faizal Emosi Dibangunkan Saat Baru Tidur untuk Layani Pembeli di Warung

Bunuh Pamannya, Faizal Emosi Dibangunkan Saat Baru Tidur untuk Layani Pembeli di Warung

Megapolitan
Hindari Kecurigaan, Faizal Sempat Simpan Golok untuk Bunuh Pamannya di Atas Tumpukan Tabung Gas

Hindari Kecurigaan, Faizal Sempat Simpan Golok untuk Bunuh Pamannya di Atas Tumpukan Tabung Gas

Megapolitan
Minta Dishub DKI Pilah-pilah Penertiban, Jukir Minimarket: Kalau Memaksa, Itu Salah

Minta Dishub DKI Pilah-pilah Penertiban, Jukir Minimarket: Kalau Memaksa, Itu Salah

Megapolitan
Babak Baru Kasus Panca Pembunuh 4 Anak Kandung, Berkas Segera Dikirim ke PN Jaksel

Babak Baru Kasus Panca Pembunuh 4 Anak Kandung, Berkas Segera Dikirim ke PN Jaksel

Megapolitan
KPU DKI Beri Waktu Tiga Hari ke Dharma Pongrekun untuk Unggah Bukti Dukungan Cagub Independen

KPU DKI Beri Waktu Tiga Hari ke Dharma Pongrekun untuk Unggah Bukti Dukungan Cagub Independen

Megapolitan
Mahasiswa Unjuk Rasa di Depan Istana Bogor, Minta Jokowi Berhentikan Pejabat yang Antikritik

Mahasiswa Unjuk Rasa di Depan Istana Bogor, Minta Jokowi Berhentikan Pejabat yang Antikritik

Megapolitan
Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Warga: Sudah Jadi Pemandangan yang Umum Setiap Pagi

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Warga: Sudah Jadi Pemandangan yang Umum Setiap Pagi

Megapolitan
Menolak Ditertibkan, Jukir Minimarket: Besok Tinggal Parkir Lagi, Bodo Amat...

Menolak Ditertibkan, Jukir Minimarket: Besok Tinggal Parkir Lagi, Bodo Amat...

Megapolitan
3 Pemuda di Kalideres Sudah 5 Kali Lakukan Penipuan dan Pemerasan Lewat Aplikasi Kencan

3 Pemuda di Kalideres Sudah 5 Kali Lakukan Penipuan dan Pemerasan Lewat Aplikasi Kencan

Megapolitan
Kejari Jaksel: Rubicon Mario Dandy Dikorting Rp 100 Juta Agar Banyak Peminat

Kejari Jaksel: Rubicon Mario Dandy Dikorting Rp 100 Juta Agar Banyak Peminat

Megapolitan
Jebak Korban di Aplikasi Kencan, Tiga Pemuda di Kalideres Kuras 'Limit Paylater' hingga Rp 10 Juta

Jebak Korban di Aplikasi Kencan, Tiga Pemuda di Kalideres Kuras "Limit Paylater" hingga Rp 10 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com