Tiara mengatakan, pasca-kenaikan harga BBM, ongkos angkutan umum menuju kantornya yang mengalami perubahan paling besar. "Tiap naik angkot jadi nambah Rp 2.000. Sama kayak harga bensin," ujar Tiara kepada Kompas.com, Kamis (27/11/2014).
Dari rumahnya, Tiara harus naik angkutan umum menuju kawasan Bulan-Bulan, Bekasi. Bulan-bulan adalah wilayah tempat singgahnya angkutan minibus atau elf dengan tujuan ke daerah industri seperti Cibitung dan Cikarang. Letaknya tak jauh dari Stasiun Bekasi.
Dulu, saat hargaa BBM masih Rp 6.500 per liter, ongkos angkutan dari Pekayon menuju Bulan-Bulan hanya Rp 4.000. Kini, Tiara harus merogoh uang Rp 6.000 untuk jarak perjalanan yang sama.
Setelah tiba di Bulan-Bulan, Tiara biasa menumpang kendaraan minibus atau elf menuju tempat ia bekerja. Sebelum BBM naik, Tiara hanya membayar sebesar Rp 6.000. Tapi kini tidak bisa lagi membayar dengan harga itu. Jika memaksa, kata Tiara, bisa-bisa sang sopir "ngambek" dan berhenti di tengah tol, tidak mau melanjutkan perjalanan. Tiara menambah ongkos Rp 2.000 lagi untuk sopir elf itu, menjadi Rp 8.000.
"Jadi, kalau bolak-balik bisa Rp 28.000 sendiri untuk ongkos," ujar Tiara.
Selain tarif angkot, harga makanan pun juga ikut naik. Biasanya, kata Tiara, dengan uang Rp 10.000, ia sudah bisa membeli makanan yang ada di kantin kantornya. Namun, kini ia harus mengeluarkan uang Rp 13.000 untuk makan siang.
Uang transportasi dan uang makan adalah pengeluaran rutin yang wajib ada. Sehingga, kata Tiara, dia tidak bisa mengorbankan hal itu. Saat ini, Tiara masih hidup bersama orangtua. Sebagai tanda bakti kepada orangtua, beberapa pengeluaran rutin rumah tangga menjadi tanggungan Tiara.
"Aku di rumah bayarin listrik, bayarin kreditan motor, sama beli keperluan bulanan," ujar Tiara.
Sama seperti uang transportasi dan uang makan, semua pengeluaran itu juga tidak bisa ia hilangkan. Tetapi apa daya, dengan gajinya yang masih standar UMP Kabupaten Bekasi, penghematan di sana-sini perlu dilakukan. Akhirnya, Tiara memutuskan memangkas uang pulsanya dan mengurangi anggaran menabungnya.
"Sejak BBM naik, aku krisis pulsa dan enggak rajin menabung," ujarnya.
Hanya itu anggaran yang bisa Tiara pangkas demi berhemat akibat naiknya harga barang pasca-naiknya harga BBM. Pengeluaran pulsa Tiara dicukupkan hanya Rp 50.000 per bulan. Tiara juga tak bisa menabung sebanyak dulu. Tiara mengaku pasrah dan tidak bisa berbuat banyak.
Untuk Presiden RI Joko Widodo yang menaikkan harga BBM, Tiara mengaku memiliki perasaan yang campur aduk. Kecewa, marah, dan tidak mengerti, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Dia masih mengingat janji Jokowi akan membuat sejahtera rakyat ketika kampanye dulu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.