Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah 4 Anak Tenggelam, Proyek Normalisasi di Kali Bedek Terhenti

Kompas.com - 02/12/2014, 15:47 WIB
Desy Selviany

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Dua hari setelah tenggelamnya empat anak di Kali Bedek, Kedoya, proyek sodetan Kali Pesanggrahan terhenti. Tidak terlihat pekerja melanjutkan proyek normalisasi setelah meninggalnya empat anak karena tenggelam di lokasi tersebut.

Pengamatan Kompas.com, Selasa (2/12/2014), proyek di samping Kompleks Mutiara Kedoya tersebut seperti terbengkalai. Hanya ada police line mengitari lokasi proyek tersebut.

Back hoe (pengeruk pasir) berwarna oranye terlihat teronggok di luar gerbang tersebut. Batako-batako untuk jalan aspal pun terlihat terbengkalai begitu saja. Ada kembang merah bertebaran di "genangan" tersebut.

Menurut salah seorang warga yang sedang memancing di empang dekat galian proyek, pekerja sudah tidak kelihatan semenjak terjadi peristiwa tenggelamnya empat anak di galian itu pada Minggu (2/12/2014).

"Sudah enggak pernah lagi saya lihat pekerja proyek di situ (lokasi proyek). Pada ngumpet kali, takut. Gerbang tempat lalu lalangnya aja sekarang digembok," kata Husin (42).

Gultom (45), warga lainnya, menuturkan, di proyek tersebut tidak terdapat plang sehingga warga tidak mengetahui dengan jelas apa yang sedang dilakukan para pekerja itu.

"Yang buat kami kecewa dari awal, proyek ini enggak jelas proyek apa. Enggak ada plang namanya. Kalau proyek bener kan pasti ada plang nama yang menjelaskan proyek apa, selesai tahun berapa, dikerjakan siapa. Dulu juga kita sempat tanya ke para pekerja (proyek), tapi mereka bilang nanti bilang ke atas mulu," jelasnya.

Lurah Kedoya Selatan Nuraini Silviana menjelaskan, proyek tersebut memang proyek normalisasi kali di bawah PU Jakarta Barat.

"Memang itu proyek normalisasi kali, warga juga saya rasa sudah semua tahu karena proyek itu kan sudah lama," jelasnya.

Disinggung mengenai plang, Nuraini menjelaskan, plang memang tidak berada di lokasi karena proyek tersebut ialah proyek lanjutan dari belakang gedung Metro TV. "Kalau enggak percaya lihat saja di situ ada plangnya, kok," ucapnya.

Menurut Nuraini, proyek tersebut terkendala karena sebagian warga RW 05 Kelurahan Kedoya Selatan yang nantinya terkena imbas proyek belum menerima kesepakatan masalah pembebasan lahan. Proyek tersebut rencananya selesai pada akhir 2015 atau awal 2016.

Ketika ditanya mengenai terhentinya proyek tersebut, Nuraini mengaku tidak tahu. "Duh, saya enggak tau ya kenapa berhenti. Mungkin karena ada police line," katanya.

Sebelumnya, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengatakan, polisi masih melacak perusahaan yang bertanggung jawab atas sodetan tersebut. Begitu diketahui, penanggung jawab itu akan dipanggil dan diperiksa.

Salah satu yang akan dimintai pertanggungjawaban, sebut Rikwanto, adalah prosedur pengamanan proyek itu. Terlebih lagi, proyek itu ditinggalkan tanpa penjaga dan pagar pembatas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Pastikan Hanya 4 Pelaku Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Polisi Pastikan Hanya 4 Pelaku Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Tangisan Ibu Vina Cirebon Saat Bertemu Hotman Paris, Berharap Kasus Pembunuhan Sang Anak Terang Benderang

Tangisan Ibu Vina Cirebon Saat Bertemu Hotman Paris, Berharap Kasus Pembunuhan Sang Anak Terang Benderang

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Korban Sempat Bersetubuh Sebelum Ditinggal Kekasihnya

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Korban Sempat Bersetubuh Sebelum Ditinggal Kekasihnya

Megapolitan
Dishub Tertibkan 127 Jukir Liar di 66 Lokasi di Jakarta

Dishub Tertibkan 127 Jukir Liar di 66 Lokasi di Jakarta

Megapolitan
4 Pencuri Mobil di Bogor Ditangkap, Salah Satunya Residivis

4 Pencuri Mobil di Bogor Ditangkap, Salah Satunya Residivis

Megapolitan
Hati-hati Beli Mobil Bekas, Ada yang Dipasang GPS dan Digandakan Kuncinya oleh Penjual untuk Dicuri

Hati-hati Beli Mobil Bekas, Ada yang Dipasang GPS dan Digandakan Kuncinya oleh Penjual untuk Dicuri

Megapolitan
Casis Bintara yang Diserang Begal di Kebon Jeruk Diterima Jadi Anggota Polri

Casis Bintara yang Diserang Begal di Kebon Jeruk Diterima Jadi Anggota Polri

Megapolitan
5 Orang Terlibat Kasus Begal Casis Bintara di Jakbar, Ini Peran Masing-masing

5 Orang Terlibat Kasus Begal Casis Bintara di Jakbar, Ini Peran Masing-masing

Megapolitan
Jadi Penadah Pelek Ban Mobil Hasil Curian, Sumihar Terancam 4 Tahun Penjara

Jadi Penadah Pelek Ban Mobil Hasil Curian, Sumihar Terancam 4 Tahun Penjara

Megapolitan
Pencuri Ban Mobil Beraksi di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja, Polisi: Kurang Pengawasan

Pencuri Ban Mobil Beraksi di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja, Polisi: Kurang Pengawasan

Megapolitan
Dibantu Hotman Paris, Keluarga Vina Cirebon Tuntut Keadilan atas Kasus Pembunuhan

Dibantu Hotman Paris, Keluarga Vina Cirebon Tuntut Keadilan atas Kasus Pembunuhan

Megapolitan
Dosen Hukum Ini Bantah Ditunjuk Langsung Anwar Usman sebagai Ahli untuk Lawan MK di PTUN

Dosen Hukum Ini Bantah Ditunjuk Langsung Anwar Usman sebagai Ahli untuk Lawan MK di PTUN

Megapolitan
Pencurian Mobil di Bogor Direncanakan Matang, Pelaku Intai Mobil Korban Selama 2 Bulan

Pencurian Mobil di Bogor Direncanakan Matang, Pelaku Intai Mobil Korban Selama 2 Bulan

Megapolitan
5 Begal yang Rampas Motor Milik Calon Siswa Bintara Sudah Berulang Kali Beraksi

5 Begal yang Rampas Motor Milik Calon Siswa Bintara Sudah Berulang Kali Beraksi

Megapolitan
Dosen Hukum Laporkan Pria yang Adukan Pelanggaran Etik Anwar Usman, Diduga Cemarkan Nama Baik

Dosen Hukum Laporkan Pria yang Adukan Pelanggaran Etik Anwar Usman, Diduga Cemarkan Nama Baik

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com