Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahalnya Rasa Aman

Kompas.com - 12/12/2014, 15:00 WIB

SPANDUK berisi imbauan mematuhi aturan lalu lintas masih terbentang di sejumlah pojok kota. Kepolisian baru saja mengakhiri Operasi Zebra 2014. Salah satu fokus bidikan aparat adalah pengendara sepeda motor, khususnya pelawan arus.

Bagi warga Jakarta dan sekitarnya, perilaku melawan arus di kalangan pengendara sepeda motor memang sudah jamak. Pemandangan seperti ini tak hanya pada saat jam-jam menjelang masuk kantor pulang kantor. Dengan alasan menyingkat jarak tempuh, para pesepeda motor, termasuk tukang ojek, memilih menerobos badan jalan yang sebetulnya menjadi hak pengendara dari arah berlawanan.

Mentalitas ”menerabas” ini sama sekali tak memperhitungkan risiko bersenggolan dan bertabrakan dengan pengendara lain.

Bahkan, pada hari terakhir Operasi Zebra pun, Selasa (9/12), seorang pengendara sepeda motor bersama dua anaknya tewas tergilas truk trailer di Jalan Raya Cakung-Cilincing, Jakarta Utara. Kecelakaan tersebut tak lepas dari perilaku melawan arah lalu lintas. Fakta ini menegaskan bahwa perilaku melawan arus di jalan raya tidak saja mengancam keselamatan pengendara lain, tetapi juga bagi pelaku sendiri.

Dalam operasi selama 26 November-9 Desember, polisi memberikan surat bukti pelanggaran (tilang) kepada 80.960 pengemudi. Pelanggar terbanyak setelah pesepeda motor adalah 5.743 pengemudi mobil pribadi, 3.247 taksi, 1.544 bus, dan 1.060 metromini (Kompas 10/12/2014).

Korban di Jalan Raya Cakung-Cilincing tersebut adalah bagian dari statistik itu. Seperti biasa, angka statistik mudah dilupakan begitu saja tanpa meninggalkan pesan pada benak masyarakat. Angka kecelakaan tertelan kesibukan rutin dan kondisi obyektif di jalan raya membuka ruang untuk ”melanggengkan” pelanggaran demi pelanggaran. Kian sengitnya perburuan nafkah di Ibu Kota membuat manusia seolah pendek ingatan, bahkan termasuk untuk urusan nyawa sekalipun.

Buktinya, di beberapa ruas jalan, perilaku tidak disiplin masih saja tampak. Sudah pasti pelanggaran berlalu lintas di Ibu Kota itu tidak berdiri sendiri. Perspektif lain pasti mengaitkannya dengan tidak seimbangnya kapasitas jalan raya dengan volume kendaraan. Juga sudah barang tentu akan muncul pembelaan bahwa situasi ini terjadi lantaran minimnya fasilitas kendaraan umum yang aman dan nyaman.

Perdebatan soal itu pasti berkepanjangan karena kemudian terjebak kisah ayam dan telur. Ada baiknya memaknai masalah ini dengan menekankan betapa mahalnya rasa aman di wilayah Ibu Kota ini, terutama di jalan raya.

Kasus melawan arus dan menelan korban hanyalah sebagian kisah mahalnya rasa aman di jalan raya. Rabu lalu, seorang siswa SMA ditusuk pisau oleh seseorang saat naik bus metro mini sepulang dari sekolah. Penusukan itu terjadi di depan Stasiun Buaran, Jalan I Gusti Ngurah Rai, Duren Sawit Jakarta Timur. Pelaku terlebih dulu meminta telepon seluler dari korban. Karena permintaannya ditolak, pelaku nekat menusuk perut korban. Korban harus dirawat di rumah sakit.

Masih soal rasa aman di jalan raya, Andrea Salma (39), karyawati perusahaan swasta yang menjadi korban penjambretan, meninggal hari Rabu lalu. Penjambretan itu terjadi di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, 5 Desember. Kalah kuat dengan pelaku saat tarik menarik tas, Andrea tersungkur hingga kepalanya membentur jalan beton. Seharusnya, rasa aman lekat dengan masyarakat perkotaan. Sebab, kota terkonstruksi sebagai bagian masyarakat yang teratur. Keteraturan dan kedisiplinan akrab dengan penegakan hukum.

Tentu tak proporsional jika sekadar menagih janji Kepala Polda Metro Jaya Irjen Unggung Cahyono menjamin rasa aman warga di Ibu Kota. Selain menyoal fasilitas pendukung dari instansi terkait, seperti ketersediaan kamera pemantau (CCTV), ada baiknya juga bertanya pada diri sendiri: sudahkah kita menjadi bagian dari warga yang teratur? (Nasrullah NarA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com