Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koordinator Angkutan Umum: APTB Bikin Susah!

Kompas.com - 09/01/2015, 05:06 WIB
Tara Marchelin Tamaela

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
– Kehadiran angkutan perbatasan terintegrasi bus Transjakarta (APTB) dianggap menyusahkan angkutan umum yang berada di rute yang dilewati APTB. Hal ini disebabkan menurunnya jumlah penumpang yang menggunakan angkutan umum.

“Pokoknya bikin susah lah APTB itu,” kata Andi, koordinator angkutan umum 56 jurusan UKI-Cileungsi saat ditemui di Cililitan, Kamis, (8/1/2015).

Andi menerangkan bahwa sejak keberadaan APTB jurusan Cileungsi-Grogol jumlah penumpang angkutan umum 56 menurun sebanyak 40 persen dari biasanya. Jika dalam sehari Andi bisa memberangkatkan sebanyak 50 mobil, kini hanya 30 mobil yang beroperasi.

Sejalan dengan keterangan Andi, salah satu sopir bus APTB jurusan Cileungsi-Bogor bernama Subandi mengakui bahwa bus yang dikemudikannya selalu penuh penumpang. Bahkan, dalam sehari ia bisa melakukan perjalanan pulang-pergi rute tersebut sebanyak 4 kali.

“Orang yang biasanya naik angkot maunya naik ini (APTB) karena kosong dan nggak pernah ngetem. Biar cuma lima atau enam orang kita jalan terus,” tambahnya.

Salah satu penumpang APTB jurusan Cileungsi-Grogol, Venya, juga mengakui hal serupa. Bagi Venya tidak masalah bila ia harus merogoh kocek lebih dalam untuk naik APTB.

“Meskipun harus bayar lagi buat APTB, tapi menurut saya lebih nyaman karena kalau di APTB bisa dapat tempat duduk,” tutur Venya.

Merosotnya jumlah penumpang membuat Andi setuju dengan permintaan Gubernur DKI Jakarta untuk menghapus APTB. Menurutnya, APTB kurang efektif dan menambah kemacetan di Jakarta karena para penumpang pada akhirnya akan turun di halte Transjakarta, sementara bus APTB tetap masuk ke jalanan dalam kota.

Perlu diketahui, Ahok berencana menghapus trayek APTB dan menggabungkannya dengan pengelolaan PT Transjakarta. Apabila operator APTB sudah berada di bawah pengelolaan PT Transjakarta, maka akan terintegrasi dengan sistem pembayaran yang baru, yakni rupiah per kilometer sehingga tidak ada lagi bus APTB yang mengetem sembarangan serta menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com