Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok Diminta Tidak Sembarangan Pecat Kepala Sekolah

Kompas.com - 23/01/2015, 15:10 WIB
Jessi Carina

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama diminta tidak sembarang memecat kepala sekolah atas tuduhan melakukan pungutan liar (pungli). Alasannya, tidak semua donasi dalam bentuk apapun dari orangtua ke pihak sekolah merupakan pungli.

Salah seorang wali murid di SDN Kenari 07, Senen, Jakarta Pusat, yaitu Lihana, menceritakan, peraturan gubernur soal pungli menjadi pembicaraan hangat di Komite Orangtua Murid. Peraturan ini, kata Lihana, menghambat kemajuan sekolah.

"Peraturan gubernur bilang enggak boleh ada uang macem-macem lagi dari orangtua ke sekolah. Ini tuh malah buat kemajuan sekolah terhambat," ujar Lihana di SDN Kenari 07, Jumat (23/1/2015).

Lihana bercerita, dulu, sebelum ada peraturan itu, dia dan wali murid lain yang tergabung dalam Komite Orangtua Murid, mengumpulkan uang untuk memasang pendingin ruangan (AC) di kelas-kelas anaknya. Biaya pemasangan AC, perawatan, hingga biaya listrik AC ditanggung oleh orangtua murid.

Hal ini, kata Lihana, dilakukan demi memberikan ruangan belajar yang nyaman bagi anak. Padahal, pihak sekolah tidak pernah meminta pengadaan AC tersebut dari orangtua murid. Akan tetapi, setelah ada peraturan tersebut, AC di ruang kelas pun terpaksa dicabut. Karena anggarannya bukan berasal dari sekolah sehingga berpotensi menimbulkan dugaan pungli.

Contoh kasus lain, ketika guru-guru memberikan pelajaran tambahan bagi murid di luar jam kelas. Lihana tahu, para guru dengan ikhlas memberikan tambahan jam belajar bagi murid-murid. Melihat hal itu, para orangtua murid berkeinginan untuk memberikan uang tambahan kepada sang guru yang telah meluangkan waktu memberi pelajaran tambahan pada anak. Akan tetapi tidak bisa. Lagi-lagi, hal itu bisa disangka pungli.

Sewaktu ketika, Komite Orangtua Murid juga pernah memberi usul kepada sekolah untuk melakukan study tour sederhana ke museum-museum yang ada di Jakarta. Alasannya, agar anak-anak mereka juga memdapat ilmu pengetahuan dengan cara yang menyenangkan seperti jalan-jalan. Pihak sekolah, tidak mampu mengadakan hal itu seorang diri. Sementara, orangtua tidak diperbolehkan lagi memberi uang untuk mewujudkan usulan itu.

"Jadi anak tuh seperti dipaksa menerima apa yang bisa diberikan sekolah saja. Padahal kami paham kemampuan anggaran sekolah terbatas. Giliran kami ingin bantu, malah disangka pungli," ujar Lihana.

"Bukan bermaksud membela, tapi sepeser pun kepala sekolah enggak pernah mungut," tambah Lihana.

Saat ini, masyarakat semakin mudah untuk melaporkan segala sesuatu kepada gubernur melalui Ahok Call Center. Namun, Lihana berharap segala laporan yang masuk bisa diselidiki terlebih dahulu. Salah satu hal yang wajib dilakukan adalah bertanya pada orangtua siswa sebagai pihak yang seharusnya menjadi korban pungli kepala sekolah.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengaku telah menginstruksikan Kepala Dinas Pendidikan Arie Budhiman untuk memecat para kepala sekolah yang ketahuan masih melakukan praktik pungutan liar (pungli).

"Pak Arie sudah saya suruh untuk pecat (kepala sekolah)," kata Basuki, di Balaikota, Jumat (23/1/2015).

Sebelumnya Dinas Pendidikan DKI Jakarta menemukan sebanyak 9 kepala sekolah maupun guru yang melakukan tindakan tercela, seperti melakukan praktik pungli maupun menggelapkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dharma Pongrekun Unggah 840.640 Dukungan Warga DKI ke Silon, KPU: Syarat Minimal Terpenuhi

Dharma Pongrekun Unggah 840.640 Dukungan Warga DKI ke Silon, KPU: Syarat Minimal Terpenuhi

Megapolitan
Istri Oknum Pejabat Kemenhub Akui Suaminya Ucap Sumpah Sambil Injak Kitab Suci

Istri Oknum Pejabat Kemenhub Akui Suaminya Ucap Sumpah Sambil Injak Kitab Suci

Megapolitan
Polisi Tangkap Pelaku Tabrak Lari di Gambir yang Sebabkan Ibu Hamil Keguguran

Polisi Tangkap Pelaku Tabrak Lari di Gambir yang Sebabkan Ibu Hamil Keguguran

Megapolitan
Polisi Akan Datangi Rumah Pemilik Fortuner yang Halangi Perjalanan Ambulans di Depok

Polisi Akan Datangi Rumah Pemilik Fortuner yang Halangi Perjalanan Ambulans di Depok

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Penistaan Agama yang Diduga Dilakukan Oknum Pejabat Kemenhub

Polisi Selidiki Kasus Penistaan Agama yang Diduga Dilakukan Oknum Pejabat Kemenhub

Megapolitan
Viral Video Perundungan Pelajar di Citayam, Korban Telepon Orangtua Minta Dijemput

Viral Video Perundungan Pelajar di Citayam, Korban Telepon Orangtua Minta Dijemput

Megapolitan
Curhat Warga Rawajati: Kalau Ada Air Kiriman dari Bogor, Banjirnya kayak Lautan

Curhat Warga Rawajati: Kalau Ada Air Kiriman dari Bogor, Banjirnya kayak Lautan

Megapolitan
Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Megapolitan
Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Megapolitan
Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Megapolitan
Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Megapolitan
Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com