Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begal Motor dan Aksi "Gagah-gagahan" Polisi di Televisi

Kompas.com - 02/02/2015, 09:02 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


DEPOK, KOMPAS.com — Begal motor kembali beraksi di Depok. Yang terbaru terjadi di Jalan Raya Krukut, Limo, pada Sabtu (31/1/2015) dini hari. Terjadinya peristiwa ini sedikit kontras dengan aksi pihak kepolisian yang selama seminggu terakhir memamerkan kepada publik mengenai pembentukan tim "Jaguar", tim khusus yang dibentuk untuk mencegah aksi begal motor.

Pembentukan tim Jaguar dilakukan seusai terjadinya dua aksi begal motor pada 10 dan 25 Januari 2015. Dalam dua peristiwa yang masing-masing terjadi di Jalan Juanda dan Margonda itu, semua korban tewas dibunuh oleh para begal. Para korban tewas karena mencoba melakukan perlawanan demi mempertahankan sepeda motornya.

"Sesuai instruksi Kapolda, kepolisian membentuk tim Jaguar untuk memburu para pelaku perampasan motor di jalan raya yang akhir-akhir ini meresahkan," kata Kapolres Kota Depok Komisaris Besar Ahmad Subarkah, Senin (26/1/2015), pekan lalu.

Meski berhasil menciduk tiga begal di Jalan Grand Depok City pada Minggu (2/2/2015) dini hari, sempat kecolongannya pihak kepolisian pada peristiwa sehari sebelumnya tetap menjadi sorotan karena peristiwa terjadi setelah pembentukan tim Jaguar, yang peluncurannya disiarkan di sejumlah stasiun televisi nasional.

Guru besar kajian ilmu kepolisian dari Universitas Indonesia, Bambang Widodo Umar, menganggap pihak kepolisian telah mengecewakan masyarakat. Sebab, kata dia, masyarakat sebenarnya telah menaruh harapan besar pada pihak kepolisian lewat pembentukan tim Jaguar. Namun, harapan tersebut tak sesuai dengan kenyataan di lapangan.

"Kalau (polisi) sudah menyatakan siap, sudah melakukan ini itu, harusnya sudah aman. Polisi tidak bisa hanya show-show saja. Menyatakan sudah ini itu, tetapi fakta di lapangan tak sesuai dengan harapan masyarakat," kata Bambang kepada Kompas.com.

Dalam upaya mencegah aksi begal motor, Bambang menyarankan agar pihak kepolisian hanya membuat pernyataan yang sesuai dengan apa yang telah mereka lakukan di lapangan. Sebab, kata dia, apabila pihak kepolisian membuat pengakuan yang tak sesuai dengan yang telah mereka lakukan, hal itu hanya akan mengecewakan masyarakat.

"Kurangi pernyataan-pernyataan yang bertentangan dengan hasil karena itu hanya akan mengecewakan masyarakat," ucap dia.

Bambang mengakui, tujuan pihak kepolisian membentuk dan meluncurkan tim khusus yang ditayangkan di televisi sebenarnya merupakan bagian dari strategi untuk mencegah aksi begal itu sendiri. Ia menduga, dengan tampilnya anggota polisi yang bersenjata lengkap, para begal menjadi ciut. Namun, kata dia, cara tersebut sudah tidak mempan. Sebab, Bambang menduga motif utama dari para begal melakukan aksi kejahatannya adalah karena materi. Hal inilah yang kemudian membuat para begal menjadi nekat dan takut lagi dengan aksi "gagah-gagahan" pihak kepolisian di televisi.

"Kalau hanya menakut-nakuti, zaman sekarang ini para pelaku kejahatan sudah tidak takut. Itu perlu disadari oleh pihak kepolisian bahwa cara menakut-nakuti itu sudah tidak mempan. Sebab, para pelaku kejahatan cuma memikirkan masalah perut. Mereka sudah tidak mikir hidup atau mati," kata Bambang.

Mengefektifkan fungsi intelijen

Bambang menilai, saat ini, ada satu hal yang perlu dilakukan oleh pihak kepolisian agar aksi begal tak kembali terulang. Hal itu adalah dengan lebih mengefektifkan kerja intelijen kepolisian. Menurut Bambang, selalu berulangnya aksi begal motor merupakan dampak dari lemahnya kerja dari intelijen kepolisian. Ia menduga intelijen kepolisian belum melakukan pemetaan atau bahkan belum mengetahui informasi mengenai kelompok-kelompok masyarakat yang berpotensi melakukan kejahatan.

"Saat ini, intelijen polisi belum menemukan langkah-langkah untuk menemukan titik terang siapa sebenarnya kelompok pelaku dan tempat-tempat pelariannya. Kalau itu bisa dideteksi oleh intelijen polisi, setelah kejadian polisi bisa langsung menunggu di tempat-tempat pelarian dan tempat persembunyiannya," kata Bambang.

"Saya tidak tahu cara kerja mereka (intel polisi) bagaimana. Seharusnya kalaupun tenaga polisinya kurang, polisi harus membuat prioritas. Jadi, hanya kelompok-kelompok tertentu yang dijadikan target utama untuk diintai, diintai terus-menerus," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com