Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua Siswa SMAN 3 Laporkan Kepala Sekolah ke Polda Metro

Kompas.com - 05/02/2015, 17:42 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Orangtua siswa SMAN 3 Jakarta melaporkan kepala sekolah SMA yang bertempat di Setiabudi, Jakarta Selatan, itu ke Polda Metro Jaya, Kamis (5/2/2015). Mereka melaporkan kepala sekolah itu dengan tuduhan diskriminasi atas hukuman skorsing yang diterima enam siswa sekolah tersebut.

Frans Paulus, orangtua dari salah satu siswa, mengatakan keenam siswa itu melakukan upaya pembelaan diri dengan memukuli seorang pria bernama Erick (32). Menurut dia, siswa-siswa itu merasa terancam dan terdesak, sehingga butuh melakukan perlawanan.

"Mereka juga melakukan pembelaan karena ada satu orang di antara mereka yang dipegang-pegang. Maka mereka melakukan perlawanan untuk membantu temannya," kata Frans, Kamis (5/2/2015) di Jakarta.

Menurut Frans, pihak sekolah seharusnya membicarakan hukuman yang diterima keenam siswa tersebut dengan orangtua. "Sekolah kan bisa ngasih surat peringatan dulu atau memanggil orangtua terkait hal ini," ujar Frans.

Enam siswa yang dihukum skorsing tersebut adalah HJ (16), PR (17), AEM (17), EM (17), MR (17), dan PC (17). Mereka semua duduk di kelas XII. Skorsing dimulai pada 11 Februari-9 Maret dan 16 Maret-13 April. [Baca: SMAN 3 Pilih Tak Keluarkan 6 Siswa Terlibat Pemukulan]

Kendati demikian, Kepala Sekolah SMAN 3 Retno Listyarti, mengklaim pihak sekolah telah berupaya untuk memberikan solusi yang terbaik untuk kasus ini. "Ini adalah win-win solution, pihak sekolah siap bertanggung jawab atas keputusan ini," kata Retno.

Menurut dia, cara damai adalah solusi terbaik untuk keenam siswa tersebut. Pertimbangannya karena mereka sebentar lagi akan menjalankan ujian. Karena itu, sekolah tetap memenuhi hak siswa-siswa itu untuk mengikuti ujian, baik itu ujian praktik, ujian sekolah, maupun ujian nasional.

Diketahui, enam siswa itu melakukan pemukulan terhadap Erick yang juga alumni sekolah itu angkatan 2000 pada Jumat (30/1/2015) lalu sekitar pukul 17.00. Pemukulan itu diduga dipicu oleh tindakan alumni tersebut yang hendak melakukan pelecehan terhadap salah seorang siswi.

Pemukulan mengakibatkan alumni itu terluka cukup parah hingga harus menerima jahitan di wajahnya dan retak tulang. Meski begitu, kata Retno, alumni itu tidak menuntut keenam siswa tersebut, tetapi hanya meminta penggantian biaya kesehatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rumah TKP Brigadir RAT Bunuh Diri Pernah Dimiliki Fahmi Idris, Lalu Kini Dihuni Bos Tambang

Rumah TKP Brigadir RAT Bunuh Diri Pernah Dimiliki Fahmi Idris, Lalu Kini Dihuni Bos Tambang

Megapolitan
Cara Daftar Online Urus KTP dan KK di Tangsel

Cara Daftar Online Urus KTP dan KK di Tangsel

Megapolitan
Preman Perusak Gerobak Bubur di Jatinegara adalah Warga Setempat

Preman Perusak Gerobak Bubur di Jatinegara adalah Warga Setempat

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Preman Perusak Gerobak Bubur Pakai Celurit di Jatinegara

Polisi Kantongi Identitas Preman Perusak Gerobak Bubur Pakai Celurit di Jatinegara

Megapolitan
Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Megapolitan
Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Megapolitan
Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Megapolitan
Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Megapolitan
Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Megapolitan
Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Megapolitan
Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Megapolitan
Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Megapolitan
Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Megapolitan
Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com