Menurut seorang warga RT 16 RW 17 Waduk Pluit, Yanti (32), tinggal di rusun hanya akan membuat warga merogok kocek dalam.
"Saya enggak mau tinggal di rusun. Karena apa, di rusun itu ngontrak. Airnya itu susah, banyak yang sudah tinggal di sana itu mesti beli air lagi di luar karena air-nya enggak keluar," kata Yanti, kepada Kompas.com, di Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (23/2/2015).
Yanti melanjutkan, beberapa tetangganya yang tinggal di rusun harus mengeluarkan biaya yang tak sedikit untuk mendapatkan air setiap hari. Salah satu tetangganya yang telah tinggal di rusun, sebut Yanti, mesti membeli air Rp 20.000 pada pagi hari dan Rp 20.000 pada malam hari.
"Saya enggak mau masuk rusun kalau sehari Rp 40.000. Bisa habis duit kita," ujar Yanti.
Hal senada diucapkan Iwan (29), warga RT 16 RW 17, Waduk Pluit lainnya. Menurut Iwan, air menjadi barang yang sulit bagi warga di rusun dibanding ketika masih menempati lahan di Waduk Pluit.
"Di rusun sudah banyak yang ngeluh. Air-nya susah mesti beli. Mending di sini. Kita di sini pakai air PAM," ujar Iwan.
Sebelumnya, sekitar 40 bangunan di tepi sisi timur Waduk Pluit kembali dibongkar sebagai kelanjutan proyek normalisasi waduk. Sebagian dari warga yang rumahnya dibongkar mendapat kompensasi berupa relokasi ke rusun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.