Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di PN Jakarta Selatan, Raden Nuh "Trio Macan" Merasa Dikriminalisasi

Kompas.com - 23/03/2015, 15:21 WIB
Aldo Fenalosa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Tersangka kasus dugaan pemerasan oleh Raden Nuh, yang merupakan admin akun @TM2000back, tiba di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (23/3/2015) sekitar pukul 13.30.

Begitu tiba di PN Jakarta Selatan, Raden Nuh mengungkapkan kekecewaannya atas kasus yang dituduhkan kepadanya. Kasus yang menyeret Raden Nuh, Edi Syahputra, dan Koeshardjono, orang-orang di balik akun Twitter @TM2000back ini, bermula dari laporan Abdul Satar yang merasa diperas sebesar Rp 358 juta pada Oktober tahun lalu.

"Saya pembongkar korupsi Telkom lalu saya dikriminalisasi. Saya ditahan hanya karena pengakuan satu mantan staf saya, bukti lain tidak ada," ungkap Raden Nuh yang hari itu mengenakan peci hitam dan kemeja batik berwarna hijau dari balik jeruji tahanan.

Pada kesempatan tersebut, Raden Nuh juga menyatakan memerangi korupsi. Hal itulah yang, menurut dia, menyebabkan dia menjadi korban permainan pihak-pihak yang berkuasa.

"Jangan karena saya dipenjara, korupsi tidak ditindak lagi. Ada Rp 28 triliun yang dikorupsi saat masa pemerintahan SBY (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono). Saya sudah lapor Mensesneg, Menko Polkam, Menhan, tapi saya cuma disuruh sabar," seru Raden.

Pekan lalu, Senin (16/3/2015), sidang perdana Raden Nuh, Edi Syahputra, dan Koeshardjono terkait kasus ini ditunda karena Raden Nuh menolak hadir. Agenda pembacaan dakwaan pun akhirnya ditunda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com