Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Polisi soal Dugaan Penyekapan dan Pemerkosaan di Depok

Kompas.com - 26/03/2015, 17:55 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com — Polres Kota Depok telah mendengar kasus dugaan penyekapan dan pemerkosaan yang diduga menimpa DO (24), seorang perempuan warga Sukabumi. Namun, sementara ini korban belum melakukan pelaporan resmi kepada petugas terkait kasus tersebut.

DO memang sempat mendatangi Mapolresta Depok untuk menceritakan kasusnya beberapa hari lalu. Namun, berdasarkan pemeriksaan, polisi menyatakan belum menemukan unsur pidana seperti yang disebutkan.

"Dia mengaku disekap, tetapi setelah ditanya, katanya bisa cari makan di warung padang sendiri ke luar. Jadi, unsur penyekapannya itu tidak kita temukan," kata Kepala Kepolisian Resor Kota Depok Komisaris Besar Ahmad Subarkah saat dikonfirmasi, Kamis (26/3/2015).

Soal pemerkosaan, polisi mengaku juga belum menemukannya. "Kalau kita kan melihat unsur pidananya, cukup enggak, modusnya apa. Dia (DO) juga termasuk usia dewasa dan sudah punya anak. Kalau dia di bawah umur, bisa kita (tahan pelakunya)," ujar Ahmad.

Menurut Ahmad, korban baru datang berkonsultasi, belum melapor. Meski demikian, polisi mengaku memantau kasus tersebut. [Baca: "Apa Saya Harus Terluka Dulu Baru Polisi Percaya?"]

Sebelumnya, DO (24), warga Sukabumi, mengaku disekap di rumah kontrakan di RT 03/RW 03 Kelurahan Cipayung, Kecamatan Batu Raja, Depok, selama 35 hari oleh ES, alias Keong.

Selain disekap, dia juga mengaku dianiaya dan diperkosa. DO dan ES kali pertama bertemu di Bogor pada 19 Februari silam untuk berbisnis batu akik. Dari Bogor, ES mengajak DO ke Depok dengan alasan untuk survei lokasi jualan batu akik.

Sesampainya di Depok, DO diminta ES menunggu temannya yang akan mengantarkan mobil. Mobil tersebut akan digunakan oleh ES dan DO ke Jawa. Hingga malam hari, ternyata teman yang dimaksud ES tak kunjung tiba.

Akhirnya, ES meminta DO menunggu di Hotel Uli Arta. Menunggu hingga pukul 02.00 dini hari, keesokan harinya, DO dan ES akhirnya memesan kamar.

ES beralasan ingin mandi. Akhirnya, keduanya mengobrol dalam kamar hingga ES ketiduran. Saat temannya datang, ES malah mengusirnya. ES juga mengancam akan menyebarkan video hubungan intim mereka, yang menurut ES direkam olehnya.

Setelah kejadian tersebut, DO diajak ke rumah kontrakan ES. Selama 32 hari di rumah kontrakan itu, DO sering diancam akan dibunuh jika tidak menuruti keinginan ES. Dia mengaku disiksa secara fisik, termasuk secara seksual.

"Dia sering mengancam mau membunuh saya pakai pisau, mencekik saya. Tiga hari yang lalu, saya pukul 03.00 pagi diseret ke rel kereta api. Di sana, ES mengajak saya untuk mati berdua, kemudian ES juga mengacungkan samurai ke punggung saya, sampai saya sujud-sujud minta maaf dan akan menuruti keinginan dia supaya dia tidak akan membunuh saya," kata DO.

DO mengaku sering berteriak dan meminta tolong, tetapi tidak ada seorang pun yang mau menolongnya.

Menurut dia, keluarga ES pun takut kepada pria itu. "ES sering menyeret saya di keramaian. Di sana banyak orang melihatnya, tetapi tidak ada yang mau menolong saya karena dia anggota ormas dan ditakuti," ujar DO.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com