Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelaku Pengolahan Air Zamzam Palsu Klaim Belajar dari Orang Arab

Kompas.com - 02/04/2015, 19:14 WIB
Tangguh Sipria Riang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu pelaku sekaligus tersangka pengolahan air zamzam palsu, MZ, mengaku belajar langsung dari warga Arab yang dikenalnya. Warga Kramat Jati, Jakarta Timur itu pun lantas melanjutkan keahliannya meracik air zamzam palsu tersebut menjadi usaha bisnis. Berikut penuturannya.

"Saya pertama kali belajar bikin air zamzam pakai air galon dari kenalan orang Arab. Tapi beliau (sekarang) sudah meninggal," ungkap MZ kepada kompas.com, di Mapolres Jakarta Pusat, Kamis (2/4/2015).

Agar dapat mengelabui konsumennya, tersangka menggunakan air mineral galon yang dibeli seharga Rp 15 ribu. Air galon yang berkapasitas 19 liter tersebut disalin ulang ke jeriken berukuran 5 liter, 1 liter dan botol 300 mililiter. Kemudian air zamzam tersebut dikemas dengan menggunakan label zamzam water from Makkah Al Mukarommah.

Kepada kompas.com, tersangka mengaku sengaja menggunakan air mineral galon agar tidak berdampak negatif terhadap konsumen. Selain itu, bentuk fisik air mineral dan zamzam yang sama-sama bening, tidak berbau dan berasa menjadi pertimbanhan lain tersangka untuk meyakinkan konsumen.

"Saya pakai air mineral supaya tidak ada efek samping. Jadi, usaha ini bisa terus berlanjut tanpa ada keluhan pelanggan," bebernya.

Saat pertama kali merintis usahanya, tiga tahun lau, MZ mempekerjakan tersangka MR yang diciduk polisi pertama kali. Menurut pengakuan MR, dirinya memang sempat berguru pada MZ sebelum akhirnya membuka lapak sendiri bernama Rizky Agency, Jl. Batibaru IV No 2, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

"Saya belajar (membuat air zamzam palsu) dari MZ. Tapi baru setahun terakhir saya mengembangkan usaha sendiri," tutur MR.

Dari usaha tersebut, MR mempekerjakan sejumlah karyawan. Nahas, tiga orang karyawannya SS, WD dan AW ikut diciduk polisi saat sedang meracik air zamzam palsu di kontrakan milik MR di Srengseng, Jakarta Barat.

Usai menciduk keempat tersangka, tiga jam kemudian, polisi menciduk MZ dan anak buahnya NS di Kramat Jati, Jakarta Timur.

Meski demikian, pengakuan tersangka tersebut dibantah Kasat Reskrin Polres Metro Jakarta Pusat, AKBP Tatan Dirsan Atmaja S.Ik. Menurut Tatan, tersangka MZ bukan belajar langsung dari orang Arab. Namun, hanya meneruskan label yang telah digunakan orang Arab tersebut.

"Sebetulnya bukan belajar meracik. Tapi labelnya (water from Makkah Al Mukarommah) dia dapat dari orang Arab tapi sudah almarhum (meninggal dunia)," ungkap Tatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Orangtua Calon Taruna Minta Seleksi Masuk STIP Tak Ditutup demi Perjuangkan Cita-cita Anak

Orangtua Calon Taruna Minta Seleksi Masuk STIP Tak Ditutup demi Perjuangkan Cita-cita Anak

Megapolitan
Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana Disebut Tembus Rp 11 Juta

Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana Disebut Tembus Rp 11 Juta

Megapolitan
Para Jukir Lansia Minimarket Itu Diputus Rezekinya...

Para Jukir Lansia Minimarket Itu Diputus Rezekinya...

Megapolitan
Penerimaan Mahasiswa STIP Dimoratorium, Orangtua Calon Taruna Minta Seleksi Dilanjutkan

Penerimaan Mahasiswa STIP Dimoratorium, Orangtua Calon Taruna Minta Seleksi Dilanjutkan

Megapolitan
Muncul Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan Pelajar SMK Lingga Kencana

Muncul Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan Pelajar SMK Lingga Kencana

Megapolitan
Seleksi Mahasiswa Baru STIP Ditunda, Calon Taruna: Jangan Sampai Pak Menteri Hancurkan Mimpi Kami

Seleksi Mahasiswa Baru STIP Ditunda, Calon Taruna: Jangan Sampai Pak Menteri Hancurkan Mimpi Kami

Megapolitan
Orangtua Calon Taruna Minta Kemenhub Tinjau Ulang Moratorium Seleksi Mahasiswa Baru

Orangtua Calon Taruna Minta Kemenhub Tinjau Ulang Moratorium Seleksi Mahasiswa Baru

Megapolitan
436 Mahasiswa Baru Terancam Gagal Masuk STIP Imbas Kasus Penganiayaan Taruna hingga Tewas

436 Mahasiswa Baru Terancam Gagal Masuk STIP Imbas Kasus Penganiayaan Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
“Kalau Belum Punya Istri dan Anak, Saya Juga Enggak Mau Jadi Jukir Liar Minimarket”

“Kalau Belum Punya Istri dan Anak, Saya Juga Enggak Mau Jadi Jukir Liar Minimarket”

Megapolitan
Ratusan Miliar Rupiah Uang Parkir Liar di Jakarta Diduga Mengalir ke Ormas hingga Oknum Aparat

Ratusan Miliar Rupiah Uang Parkir Liar di Jakarta Diduga Mengalir ke Ormas hingga Oknum Aparat

Megapolitan
Pejabat Kemenhub Dilaporkan Istrinya ke Polisi atas Dugaan Penistaan Agama

Pejabat Kemenhub Dilaporkan Istrinya ke Polisi atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Protes Jukir Liar Minimarket Saat Ditertibkan | Pengakuan Jukir Uang Parkir Masuk Kas RT dan Ormas

[POPULER JABODETABEK] Protes Jukir Liar Minimarket Saat Ditertibkan | Pengakuan Jukir Uang Parkir Masuk Kas RT dan Ormas

Megapolitan
Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Megapolitan
Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com