Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaya Kocak Wali Kota Jakbar Bicara "Siluman" dan "Pokir"

Kompas.com - 03/04/2015, 10:30 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Wali Kota Jakarta Barat Anas Effendi menyayangkan sedikitnya anggota DPRD yang datang pada pembukaan musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) di wilayah tersebut, Rabu (1/4/2015). Namun, Anas menyampaikan hal itu dengan gaya kocaknya.

"Anggota Dewan yang terhormat dapil Jakarta Barat, ini dari 24 orang, hadir tujuh orang, Pak. Padahal, undangan sudah dikasih. Sudah ditelepon. Ada juga yang telepon saya, pagi. 'Jam berapa, Pak Wali?', jam 12. Eh yang telepon tadi belum datang," kata Anas saat memberi sambutan, seperti pada video yang diunggah Pemprov DKI di YouTube.

"Supaya enggak ada apa namanya...  Istilah Pak Gubernur apa ya?" lanjut Anas yang disambut tawa para undangan.

Anas berhenti sejenak untuk mendengarkan ucapan seseorang. "Jadi, pokir-pokir disampaikan pada musren (musrenbang). Aspirasi Dewan disampaikan pada musren. Jadi, nanti waktu ke Dewan gak ada itu. Kita bahas di sini," lanjut Anas.

Dia menambahkan, dari 24 anggota DPRD daerah pemilihan (dapil) Jakarta Barat, hanya tujuh orang yang hadir pada rapat tersebut.

"Berapa fraksi? Fraksinya?" tanya Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat.

Anas memakai kacamatanya kemudian membuka lembaran daftar hadir. Ia menghitung jumlah fraksi yang ada. "Yang hadir cuma... PKS lengkap. Ini bukan diabsen nih karena Pak Wagub tanya," ucap Anas seraya tergelak. Para undangan tertawa mendengarnya.

Anas menghitung dari PDI Perjuangan yang diundang sembilan orang, tetapi yang hadir cuma dua. Dari Golkar hadir satu anggota Dewan dan Partai Demokrat satu orang. Sementara itu, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) diwakili satu orang saja meskipun yang diundang dua anggota Dewan.

"Jadi, kesempatan ini seharusnya dimanfaatkan sebaik-baiknya, baik permasalahan yang ada di lapangan maupun hasil reses. Kalau enggak ada pokir, gimana hasil reses? Ya sekarang supaya enggak ada siluman," lanjut Anas yang tertawa sambil menoleh arah tempat duduk Djarot dan Sekretaris Daerah Saefullah.

Para undangan juga terpingkal-pingkal mendengar kata-kata Anas.

Seorang perempuan yang duduk di deretan kursi paling depan anggota DPRD kemudian menjelaskan alasan ketidakhadiran rekan-rekannya. Menurut dia, pada saat yang bersamaan, di DPRD juga sedang ada sejumlah rapat, salah satunya rapat fraksi.

"Ya sudah, besok kan masih ada pembahasan. Besok sempat datang, jadi besok dimasukin itu. Musrenbang ini kan kelanjutan dari mursenbang kelurahan, musrenbang kecamatan, lalu musrenbang wali kota. Jadi, dimasukkan, pokir-pokir, aspirasi atau visi misi, atau apalah. Gitu ya sehingga istilah siluman enggak ada lagi," lanjut Anas, kali ini dengan nada lebih serius.

Wali Kota Jakarta Barat Anas Effendi menjadi pusat perhatian ketika Kementerian Dalam Negeri menggelar rapat mediasi Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja (Ahok) Purnama dengan DPRD tentang kisruh RAPBD beberapa waktu lalu. [Baca: Cerita Ahok "Ngerjain" Wali Kota Jakbar untuk Pancing Emosi DPRD]

Pada pertemuan itu, Ahok menunjuk Anas untuk bicara soal pengadaan uniterruptible power system (UPS) di wilayahnya. Penunjukan Anas itu kemudian memicu protes dari anggota DPRD.

Anas juga sering disorot media karena beberapa kali ketahuan tertidur dalam sejumlah rapat, baik di lingkungan Pemprov DKI maupun DPRD. [Baca: Rapat RAPBD Belum Mulai, Wali Kota Jakarta Barat Tertidur]


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com