Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berjibaku Menembus Penutupan Jalan

Kompas.com - 23/04/2015, 15:33 WIB
JAKARTA, KOMPAS - Setelah sempat dua hari terbuai lengangnya lalu lintas, para pengguna jalan di Jakarta akhirnya terbekap kemacetan parah. Situasi itu terjadi pada hari ketiga penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika, Rabu (22/4). Kemacetan akibat pengalihan arus menyita waktu mereka berjam-jam. Tak terhitung agenda yang berantakan. Belum lagi kepenatan fisik dan psikis.

Trie Lembayung (32), pekerja di kawasan Thamrin, misalnya, harus menempuh perjalanan selama dua jam dari waktu normal yang hanya 50 menit. Bahkan, ia harus berjalan kaki sekitar 1 kilometer untuk mencapai tempat kerjanya.

"Dari rumah saya sudah berangkat lebih awal, tau-tau jalanan ditutup. Terpaksa jalan kaki sambil pake helm," kata karyawati yang biasa berangkat ke tempat dengan ojek ini. Ibu dua anak ini tinggal di Kebun Jeruk, Jakarta Barat.

Cynthia Maharani (35), warga Pejaten, menuturkan, dirinya terpaksa berangkat pukul 05.30 dan naik kereta untuk menghadiri acara pukul 10.00 di Jalan Medan Merdeka Barat. "Saya lebih baik menunggu 4 jam daripada telat. Sebenarnya dari rumah saya ke sana bisa satu kali saja naik angkutan umum. Daripada saya menunggu di dalam bus, lebih baik menunggu di dalam gedung," ujarnya.

Imbas kemacetan sampai terasa di Bekasi, jauh dari Jakarta Convention Center (JCC), lokasi penyelenggaraan KAA. Sari (30), warga Jatibening, Kota Bekasi, terpaksa berangkat kerja lebih awal setengah jam, yakni pukul 05.30, menuju kantornya di kawasan Kuningan, Jakarta, demi menghindari penutupan. Sari menggunakan mobil menuju kantornya. "Waktu Senin jalanan memang lancar. Tapi, saya lebih baik berangkat lebih awal karena Selasa kemarin ternyata juga macet," katanya.

Annisa (25), karyawan di daerah Ancol, lebih beruntung. Dengan menggunakan transjakarta, jalur yang ia tempuh dari Lebak Bulus tidak terkena imbas penutupan jalan. Namun, ia tetap berangkat setengah jam lebih awal dari jadwal biasa untuk mengantisipasi kemungkinan terjebak kemacetan.

Pada sore hari, bus transjakarta Koridor 9 jurusan Pinangranti-Pluit yang sudah sampai daerah Mampang terpaksa berbalik arah ke Pancoran karena waktu sudah memasuki pukul 17.00. Petugas di bus itu, Sujarwo, menjelaskan, bus terpaksa berbalik arah karena pada jam itu ruas jalan menuju Semanggi dan Senayan ditutup.

Sujarwo mengatakan, mestinya bus dapat masuk Tol Dalam Kota sejak di Pintu Tol Cawang, tetapi saat itu masih pukul 16.30 sehingga bus tetap melaju di jalur busway. Karena itu, bus terpaksa berbalik arah ke Pancoran untuk masuk Tol Dalam Kota. Salah seorang penumpang, Suhadi (45), mengatakan, perjalanan Cawang ke Palmerah yang biasanya dapat ditempuh 1 jam menjadi 2 jam.

Hingga pukul 20.00, kendaraan masih menumpuk di kawasan Slipi karena Jalan Gatot Subroto menuju arah Semanggi ditutup saat para kepala negara dan delegasi peserta KAA melintas. Sebagian pekerja yang berstatus komuter (pelaju) itu beralih ke angkutan kereta api, terutama yang rumahnya di Depok dan Bogor.

Berkah bagi tukang ojek

Tak sedikit penumpang yang turun dari bus untuk mencari kendaraan alternatif. Inilah berkah bagi tukang ojek. "Tukang ojek di sini cuma lima. Padahal, penumpangnya sampai puluhan," ujar Apni (43), tukang ojek yang sering mangkal di sekitar jembatan penyeberangan orang Semanggi.

Membeludaknya penumpang berbanding lurus dengan pendapatannya. Apni mengatakan, pada pukul 08.00-10.00, yang menjadi rentang waktu kemacetan paling parah, dirinya mampu mengantongi Rp 300.000. Padahal, pada hari normal, dia hanya mendapatkan Rp 75.000 hingga tengah hari (pukul 12.00).

Beginilah situasi Ibu Kota. Susah dan berkah seolah bersahutan. (JAL/MDN/PIN/ART/MKN/ILO/FRO/B06/B07)

-----------

Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Kamis, 23 April 2015, dengan judul "Berjibaku Menembus Penutupan Jalan".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Megapolitan
Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Megapolitan
DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com