Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Mobil "Loncat" hingga Mayat Mengapung di Kolam Bundaran HI

Kompas.com - 27/04/2015, 06:15 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengawas air mancur Bundaran Hotel Indonesia, Herman Stevanus, sudah 13 tahun menjaga Bundaran HI, tepatnya sejak tahun 2002 ketika Bundaran HI hanya kolam, tanpa air mancur.

Ia menjadi saksi berbagai peristiwa yang terjadi di salah satu landmark Ibu Kota tersebut. Peristiwa kecil hingga yang besar menjadi pengalaman tak terlupakan bagi Herman.

"Kalau malam, harus dijaga betul. Kadang suka ada anak mabuk, muntah di kolam. Kalau kita tegur, ribut. Adakalanya mereka malah kecebur. Yang jaga harus siaga menyelamatkan supaya tidak tenggelam," ujar Herman di Bundaran HI, Minggu (26/4/2015).

Herman mengatakan, kolam di Bundaran HI memiliki kedalaman hingga 180 sentimeter. Jika tidak bisa berenang, bukan tidak mungkin seseorang akan tenggelam. [Baca: Ada Apa di Bawah Kolam Bundaran Hotel Indonesia? ]

Herman menceritakan, pernah juga mobil mewah merangsek masuk ke dalam kolam. Mobil tersebut memang dikendarai oleh pengemudi yang mabuk. Ketika kejadian tersebut, Herman sedang berdiri di tepian Bundaran HI. Dia pun langsung mendekat ke arah kolam.

"Tapi, mungkin memang dasar mobil mahal ya. Enggak tahunya mobil itu keluar lagi dari dalam kolam, 'loncat', ke tempat saya berdiri sebelumnya. Wah kalau waktu itu saya enggak bergerak, mungkin ketabrak saya," ujar Herman.

Menurut Herman, peristiwa yang sering terjadi adalah telepon seluler yang tercebur ke tepian Bundaran HI. Biasanya, hal itu terjadi ketika Bundaran HI dipenuhi banyak orang, seperti saat  car free day.

Jika sudah seperti itu, Herman harus mengambilnya melewati lorong-lorong. Ada lorong yang jalurnya melingkari Bundaran HI. Tinggi jalur itu hanya sekitar 75 cm. Untuk menyusurinya, seseorang harus berjalan membungkuk. Lorong tersebut juga digenangi air.

Pengalaman lain yang paling diingatnya adalah empat tahun lalu ketika ia menemukan mayat mengapung di kolam Bundaran HI pada pagi hari. Tahun berikutnya, ia menemukan jasad perempuan di kolam itu.

"Makanya, rata-rata penjaga di sini bisa berenang, ya buat selametin yang seperti itu," ujar Herman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Selidiki Kasus Penistaan Agama yang Diduga Dilakukan Oknum Pejabat Kemenhub

Polisi Selidiki Kasus Penistaan Agama yang Diduga Dilakukan Oknum Pejabat Kemenhub

Megapolitan
Viral Video Perundungan Pelajar di Citayam, Korban Telepon Orangtua Minta Dijemput

Viral Video Perundungan Pelajar di Citayam, Korban Telepon Orangtua Minta Dijemput

Megapolitan
Curhat Warga Rawajati: Kalau Ada Air Kiriman dari Bogor, Banjirnya kayak Lautan

Curhat Warga Rawajati: Kalau Ada Air Kiriman dari Bogor, Banjirnya kayak Lautan

Megapolitan
Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Megapolitan
Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Megapolitan
Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Megapolitan
Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Megapolitan
Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Megapolitan
Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Megapolitan
Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal 'Study Tour', Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal "Study Tour", Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Megapolitan
Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com