Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Tak Mau Gabung ke PT Transjakarta, APTB Jangan Lewat "Busway"

Kompas.com - 05/05/2015, 12:11 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menegaskan agar operator angkutan perbatasan terintegrasi bus transjakarta (APTB) bergabung dengan PT Transjakarta dan mengikuti berbagai aturan yang ada.

Jika operator APTB masih menolak tawaran Basuki, maka mereka tidak lagi bisa melintas di jalur transjakarta, dan tidak lagi bisa melintas ke tengah kota. APTB hanya dapat beroperasi hingga daerah perbatasan Jakarta. 

"Kalau dia (APTB) enggak mau (gabung PT Transjakarta), ya sudah, enggak usah ikut. Kalau kamu enggak ikut, saya (DKI) rugi? Enggak juga. Berarti kamu jangan masuk ke (jalur) transjakarta, sampai ujung saja. Jangan nyalahin kami kalau kami perluas (trayek) transjakarta kami sampai ke tempat Anda," kata Basuki di Balai Kota, Selasa (5/5/2015).

Salah satu syarat bagi operator untuk bergabung dengan PT Transjakarta adalah adanya penerapan sistem rupiah per kilometer. Dengan demikian, bus tidak lagi mengetem atau berhenti sembarangan mencari penumpang dan mengejar setoran. Bus juga bisa melintas di busway atau jalur transjakarta.

Ia menjelaskan, sistem rupiah per kilometer yang diberlakukan untuk APTB saat ini masih dalam proses tender. Proses tender yang ditargetkan rampung pada akhir Mei itu akan menentukan besaran tarif rupiah per kilometer yang didapat dari operator dan Dinas Perhubungan Transportasi (Dishubtrans) DKI.

"Kami yang subsidi dan bayar (ke operator) sehingga penumpang enggak perlu bayar dua kali. Kan kami kasih kemudahan, kamu turunin penumpang di tempat kami (Jakarta), terus mereka naik transjakarta enggak bayar. Warga DKI mau naik bus kamu, tetapi disuruh bayar lagi, kan enggak benar dong. Kalau mau, (operator APTB) gabung sama kami (PT Transjakarta) saja, dan kami bayar rupiah per kilometer," kata Basuki.

Ia juga menampik anggapan bahwa penerapan sistem rupiah per kilometer ini justru merugikan operator bus. Pasalnya, mereka menganggap nilai yang diterapkan terlalu murah. Ia meminta operator bus untuk menunggu hasil lelang tender terlebih dahulu. Dengan demikian, warga tidak akan lagi terbebani ongkos transportasi yang mahal.

"Kalau transpor murah, dengan harga sembako yang kami jaga, otomatis warga dengan penghasilan berapa pun juga cukup (uang untuk naik bus)," kata Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas | Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh

[POPULER JABODETABEK] Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas | Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh

Megapolitan
Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Megapolitan
Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Megapolitan
Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Megapolitan
Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Megapolitan
Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Megapolitan
Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com