"Biasanya dalam satu hari bisa terjual satu ton lebih, tetapi sekarang berkurang 30 persen," ujar Wilem di Pasar Mutiara Gading Timur, Rabu (20/5/2015).
Hal itu disebabkan adanya keraguan dari pembeli soal beras yang dibelinya. Keraguan tersebut membuat pembeli beras lebih sedikit daripada biasanya.
Wilem mengatakan banyak pembeli yang bertanya cara membedakan beras palsu dengan beras asli. Untuk meyakinkan pembeli, Wilem biasanya memberi tips kepada pembeli untuk memilih beras yang baik.
"Saya kasih tahu beras yang asli itu gampang sebenarnya (untuk dibedakan), kalau dimakan berasnya renyah kalau dicium baunya itu alami saja," ujar Wilem.
Meski demikian, dia mengaku tidak takut penjualannya akan menurun dalam waktu lama. Sebab, dia yakin akan kualitas beras yang dia jual.
Dia mengatakan beras-berasnya didapat langsung dari penggilingan di daerah Karawang. Sehingga, dia menjamin seluruh berasnya asli.
Pantauan Kompas.com, masih ada garis polisi di toko beras yang ditutup kemarin. Rolling door toko pun dalam kondisi tertutup. Tidak ada satu pun orang pemilik ataupun karyawan yang tampak di toko tersebut.
Toko itu ditutup karena diduga menjual beras sintetis kepada Dewi Septiani, penjual bubur di Mutiara Gading Timur. Penutupan itu memang tindak lanjut dari laporan warga dan juga kabar yang beredar di media sosial mengenai peredaran beras sintetis di Bekasi.
"Ini merupakan tindak lanjut laporan masyarakat yang merasa dirugikan dengan peredaran beras tersebut," ujar Kepala Kepolisian Sektor Bantargebang Komisaris Gatot Suyanto di Pasar Mutiara Gading, Bekasi Timur, Selasa (19/5/2015).
Selain menutup toko tersebut, polisi juga mengambil sampel beberapa karung beras untuk diuji di laboratorium. Keaslian dari beras tersebut baru akan dipastikan setelah tes dilakukan.
Sampai saat ini, Gatot mengatakan polisi belum dapat memastikan keaslian beras tersebut. "Kita harus tes laboratorium terlebih dahulu untuk membuktikan," ujar Gatot.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.