Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Beras Sintetis" Diduga Masuk secara Ilegal

Kompas.com - 20/05/2015, 16:11 WIB


BEKASI, KOMPAS
— Beras yang diduga dicampur bahan sintetis ditemukan beredar di Pasar Tanah Merah, kompleks Mutiara Gading Timur, Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi. Selasa (19/5), Kepolisian Sektor Bantar Gebang menutup sementara salah satu toko beras di pasar itu untuk keperluan penyelidikan.

Beras yang diduga bercampur bahan sintetis ini diketahui beredar setelah fotonya diunggah di media sosial oleh Dewi Septiyani (29), warga kompleks Mutiara Gading Timur, Senin (18/5).

Dewi, yang sehari-hari berjualan nasi uduk dan bubur ayam, mengungkapkan, dirinya membeli 6 liter beras tersebut di Pasar Tanah Merah, Rabu (13/5). Beras tersebut akan diolah menjadi bubur ayam dan nasi uduk, Senin lalu. "Tetapi, saat dimasak jadi bubur, kok, hasilnya beda," ujar Dewi saat ditemui, Selasa.

Karena penasaran, Dewi memasak beras itu hingga dua kali, tetapi hasilnya tetap sama. "Matang, tetapi bentuknya menggumpal. Saat dimakan terasa lengket. Adik saya sampai sakit perut mencoba bubur itu," ujar Dewi.

Adik Dewi, Putri (27), sempat memakan semangkuk bubur ayam hasil olahan beras itu. Dia juga memberi makan anaknya yang masih berusia 1,5 tahun dengan nasi dari beras yang sama.

"Di mulut terasa lengket, baunya juga anyir. Mirip nasi basi. Setelah saya makan, perut terasa mual dan kepala pusing," ujar Putri.

Selasa siang, aparat Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Bekasi serta Polsek Bantar Gebang mendatangi toko tempat Dewi membeli beras itu. Polisi membawa pemilik toko beserta empat pegawainya untuk dimintai keterangan, serta meminta toko ditutup sementara hingga penyelidikan selesai.

Saat hendak dibawa polisi, Sembiring, pemilik toko itu, mengaku membeli beras tersebut dari distributor di kawasan Duren Jaya. Beras itu didatangkan dari Karawang, Jawa Barat.

Fitri (44), warga lain yang biasa membeli beras di toko tersebut, mengatakan, beras dari toko Sembiring sejauh ini tak pernah bermasalah saat dikonsumsi. "Saya langganan di toko ini sudah tiga tahun," kata Fitri.

Kepala Bidang Perdagangan Disperindagkop Kota Bekasi Herbert Panjaitan mengatakan, pihaknya membawa 0,5 liter beras sebagai sampel yang akan diteliti di laboratorium milik Badan Urusan Logistik atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Kota Bekasi. "Beras ini akan diuji apakah benar-benar mengandung bahan yang terkontaminasi sintetis atau tidak," ujarnya.

Di Jakarta, Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan (Kemendag) Widodo, Selasa, menduga, beras sintetis itu masuk secara ilegal. Pasalnya, Kemendag tidak mengeluarkan izin impor beras dan Kementerian Pertanian juga tidak memberikan rekomendasi impor beras.

Widodo menambahkan, dari hasil pengamatan, beras yang diduga beras sintetis itu berbeda dengan beras normal. Warna beras itu bening, sedangkan beras pada umumnya putih susu. Kemendag telah bekerja sama dengan Direktorat Bea Cukai untuk melacak asal-usul beras tersebut.

Usus ayam berformalin

Sementara di Kota Tangerang, 1,5 drum berisi bahan kimia cair mengandung formalin ditemukan di sebuah industri rumahan pengolahan usus ayam di seberang Pasar Induk Tanah Tinggi, Budi Asih, Kecamatan Tangerang, Selasa.

Penggerebekan dilakukan Direktorat Narkotika Polda Metro Jaya, Selasa pagi hingga siang. Saat penggeledahan, petugas menyita barang bukti drum berisi cairan kimia dan olahan usus ayam.

"Penggeledahan dilakukan setelah ada laporan dari masyarakat. Atas laporan itu, petugas melakukan cross check di lapangan. Selanjutnya, kami menggelar operasi ini. Dan benar, petugas menemukan barang bukti," kata Kepala Unit I Subdit III Narkoba Polda Metro Jaya Komisaris Alamsyah Paluppesy yang memimpin operasi itu. (ILO/PIN/HEN)

Berita ini sudah ditayangkan di harian Kompas edisi 20 Mei 2015 dengan judul "Beras Lengket dan Menggumpal".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com