"Memang ada pergeseran. Sebelumnya, yang dominan ada di Jakarta Pusat, tetapi tahun ini dominannya justru di Jakarta Timur," ujar Kepala Biro Operasional Polda Metro Jaya Kombes Pol Martuani Sormin di Balai Kota DKI, Senin (27/7/2015).
Berdasarkan data milik Polda Metro Jaya, sebanyak 26 kasus tawuran terjadi di Jakarta Timur, 8 kasus di Jakarta Pusat, 13 kasus di Jakarta Selatan, 2 kasus di Jakarta Utara, dan 8 kasus di Jakarta Barat.
Dia pun mengapresiasi kinerja Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Pusat yang telah menurunkan angka tawuran. Untuk kejadian tawuran di Jakarta Timur, Martuani mengatakan, tawuran di wilayah itu sering kali merupakan tawuran remaja.
Sering kali, pemicu tawuran-tawuran tersebut merupakan masalah sepele, misalnya saling ejek antar-kelompok remaja tertentu.
Akibat hal kecil itu, tawuran bisa pecah dan tidak jarang masing-masing menggunakan senjata-senjata tajam untuk melukai lawan.
Martuani mengatakan, aksi tawuran sering kali berbanding lurus dengan aksi kriminal lain, seperti perampokan oleh remaja. Alasan para remaja ini melakukan aksi kriminal, kata Martuani, terhitung sederhana, misalnya ingin memiliki handphone terbaru.
"Alasan mereka merampok sederhana, cuma karena mau punya handphone Android saja," ujar Martuani.
Oleh karena itu, kata dia, pemerintah setempat harus bergotong royong menekan angka kriminalitas remaja dari perampokan hingga tawuran. Para orangtua pun harus melakukan pengawasan ketat terhadap anak-anak remaja mereka. Sebab, kata Martuani, pendidikan pertama selalu berasal dari rumah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.