Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhir Kasus Kecelakaan Maut di Pondok Indah

Kompas.com - 27/08/2015, 22:01 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Proses hukum bagi Christopher Daniel Sjarief, terdakwa kecelakaan maut di Jalan Iskandar Muda, Pondok Indah, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, hampir berakhir. Pada hari ini, Kamis (27/8/2015), ia divonis satu tahun enam bulan penjara dan denda Rp 10 juta subsider satu bulan dengan masa percobaan dua tahun.

Artinya, selama dua tahun, Christopher akan diawasi. Bila tidak melanggar pidana dalam dua tahun itu, ia tidak akan dikenakan hukuman. Christopher bebas bersyarat.

Kecelakaan maut itu terjadi pada 20 Januari 2015 lalu. Sebelum terjadi kecelakaan, Christopher dan temannya Muhammad Ali menonton di Pasific Place, Sudirman Central Business District (SCBD).

Kemudian, mereka memutuskan untuk pulang dengan mobil Mitsubishi Outlander yang dikemudikan oleh sopir Ahmad Fadilah. (Baca: Pengemudi Kecelakaan Maut Pondok Indah Lolos dari Penjara, Ini Tanggapan Korban)

Sesampainya di kawasan Melawai, Ali turun. Christopher dan Ahmad pun melanjutkan perjalanan ke arah Pondok Indah.

Namun, sesampainya di Jalan Iskandar Muda, Christopher merebut kendali mobil dari Ahmad dan menurunkannya di pinggir jalan.

Kecepatan tinggi

Ia menginjak gas hingga kecepatan tinggi, yakni 131 kilometer per jam. Dibuktikan dengan analisis yang dilakukan agen pemegang merek Mitsubishi, tidak ada upaya Christopher untuk menginjak rem. Ia pun menabrak sejumlah kendaraan di jalan tersebut.

Mobil yang dikendarainya menabrak kendaraan lain dan terjadilah kecelakaan beruntun. Empat orang tewas dari kecelakaan tersebut. Beberapa orang lainnya mengalami luka-luka. Kebanyakan korban dari kecelakaan itu merupakan kepala keluarga. (Baca: Ketegaran Keluarga Korban Tewas Kecelakaan Maut di Pondok Indah)

Sesudah terjadinya kecelakaan, pihak Christopher mengaku telah menyantuni keluarga para korban. Christopher sempat ditahan di Polres Metro Jakarta Selatan.

Saat itu, kepada polisi, mahasiwa di salah satu universitas di San Francisco itu mengaku memakai narkoba jenis LSD. Namun, ketika dibuktikan melalui tes dari Badan Narkotika Nasional, pria itu dinyatakan negatif narkoba.

Kemudian, Christopher dipindahkan ke Kantor Subdit Gakkum Polda Metro Jaya di Pancoran sebelum menjalani sidang perdana di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Tahanan kota

Pada 5 Mei 2015, Christopher diubah statusnya dari tahanan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan menjadi tahanan kota. Artinya, Christopher bebas melakukan kegiatan selama ia masih berada di dalam kota. Ia pun tidak perlu ditahan selama proses persidangan berjalan.

Dalam persidangan, tim kuasa hukum Christopher selalu mengatakan bahwa pria itu dalam kondisi tidak sadar saat mengemudikan mobil. (Baca: Ketika Penegakan Hukum Ditentukan oleh Mekanisme Pasar)

Maka dari itu, dalam pembelaannya, kuasa hukum menggunakan Pasal 44 KUHP yang berbunyi, "Tiada dapat dipidana barang siapa mengerjakan suatu perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya sebab kurang sempurna akalnya atau sakit berubah akal."

Kuasa hukum Christopher juga mengakui bahwa pria itu dalam pengaruh zat saat mengemudi. Namun, tidak disebutkan zat yang dimaksud apakah LSD seperti yang diakui Christopher sebelumnya atau bukan.

Pada 5 Agustus 2015, JPU menuntut Christopher dengan hukuman dua tahun enam bulan penjara dan denda Rp 10 juta subsider satu bulan. Kemudian, ia divonis hukuman satu tahun enam bulan oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Namun, hukuman itu baru diberikan bila ia melakukan tindak pidana selama dua tahun setelah vonis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Megapolitan
Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon 'Debt Collector'

Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon "Debt Collector"

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

Megapolitan
Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Megapolitan
Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Megapolitan
Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com