Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Gedung DPRD Ini Rumah Rakyat, Masa Masuk Harus Bayar"

Kompas.com - 17/09/2015, 07:23 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Beragam pertanyaan disampaikan oleh anggota Badan Anggaran DPRD DKI kepada Kepala Dinas Perhubungan DKI Andriansyah. Permasalahan internal DPRD seperti parkir yang kini diatur oleh Dinas Perhubungan pun ikut ditanyakan saat rapat pembahasan Kebijakan Umum Anggaran - Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2016.

"Soal parkir di DPRD ini Pak dari Disub di Gedung DPRD. Kita enggak ngerti juga kenapa harus begini. Coba Pak ceritakan apa yang terjadi di wilayah otoritas DPRD ini," ujar anggota Banggar DPRD Pantas Nainggolan di Gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Rabu (16/9/2015) malam.

Andri pun menjawab dengan antusias. Dia melihat diskusi antara DPRD dengan Dinas Perhubungan sudah semakin seru. Dia pun menjawab pertanyaan Pantas.

"Seru aja nih Pak. Jadi gini Pak, kami ini kerja berdasarkan permohonan. Di situ ada permohonan dari Sekwan untuk tertibkan parkir. Ini kan supaya tertib pak," ujar Andri.

Pemimpin Banggar DPRD DKI Mohamad Taufik pun ikut bertanya mengenai hal itu kepada Andri.

"Kan ada bacaan tuh Pak kalau mulai tanggal 21 mulai bayar, itu yang menganggu pikiran Dewan Pak ha-ha-ha," ujar Taufik.

Andri pun menjelaskan bahwa anggota Dewan akan diberi perlakuan khusus. Mereka tidak akan dikenakan biaya sepeserpun untuk memarkir di gedung DPRD. Lahan parkirnya sendiri sudah disediakan secara khusus.

Sementara untuk pegawai negeri sipil (PNS) mereka akan dikenakan tarif berlangganan sebesar Rp 11.000 per bulan. Untuk masyarakat umum, dikenakan tarif gratis pada satu jam pertama dan membayar sesuai ketentuan pada jam berikutnya.

"Cuma Rp 11.000 Pak sebulan. Kecil banget itu. Untuk masyarakat kita terapkan sejam pertama gratis, sejam berikutnya bayar ketentuan. Kalau buat bapak-bapak Dewan khusus spesial gratis," ujar Andri.

Taufik pun menambahkan bahwa bukan itu yang dikhawatirkan anggota Dewan. Akan tetapi, anggota Dewan keberatan jika masyarakat yang datang ke gedung DPRD harus dikenai biaya parkir. Taufik ingin, masyarakat bisa gratis masuk ke gedung DPRD.

"Jadi anggap aja ini amalnya Dishub Pak. Amal ajalah ini," ujar Taufik.

"Gini Pak, filosofinya Gedung DPRD itu rumah rakyat. Masa mau masuk harus bayar," ujar anggota Banggar lain, Syahrial, menimpali.

"Jadi Pak, jangan masyarakat datang mau sampaikan masalah ke DPRD dia harus bayar. Tolong ya Pak Andri," ujar Taufik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com