Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilematis Bertambahnya Kendaraan, antara Kemacetan dan Pendapatan Pajak

Kompas.com - 18/09/2015, 11:07 WIB
Tangguh Sipria Riang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian mengatakan, ada dua masalah utama di DKI Jakarta, yaitu, banjir dan kemacetan. Untuk persoalan banjir, Tito menilai bisa diatasi karena datang dalam skala tertentu. Sedangkan, masalah kemacetan ada tiga hal yang menjadi faktor utama penyebabnya.

"Masalah banjir, road map Gubernur sudah jelas sekali. Tapi kalau (masalah) kemacetan, ada tiga masalah yang perlu diatasi," ujar Tito di kantor Camat Penjaringan, Jakarta Utara (Jakut), Jumat (18/9/2015).

Menurut Tito, tiga masalah utama kemacetan tersebut karena disebabkan jumlah kendaraan yang meningkat pesat. Yang kedua, masalah insfrastuktur jalan. Kemudian, yang ketiga penindakan dari petugas terkait penegakan hukum di jalan raya.

Tito menilai, bertambahnya kendaraan merupakan persoalan dilematis bagi Pemprov DKI. Satu sisi, kata Tito, pemasukan terbesar Pemda DKI itu justru dari pajak kendaraan bermotor. Sedangkan di sisi lain, jika jumlah kendaraan dibatasi, dapat mengurangi kemacetan. Namun, hal itu akan mengurangi pendapatan daerah dari sektor pajak.

"Ini dilematis karena pemasukan pajak akan berkurang. Pemerintah,  tidak bisa hanya mengandalkan ini (pajak)," kata mantan Kepala Densus 88 Antiteror tersebut.

Beberapa kasus kecelakaan di Ibu Kota juga ikut menjadi dampak terjadinya kemacetan. Belum termasuk tingkat keamanan, dan kenyamanan pengguna angkutan umum. Imbasnya, warga lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi daripada angkutan umum.

"Ibarat puncak gunung es. Pengelola sistem dari pengelolaan transportsi publik perlu ditingkatkan. Beberapa kasus yang membuat orang takut naik kendaraan umum, menyebabkan mereka lari ke kendaraan pribadi," kata Tito.

Secara tidak langsung, warga yang memilih menggunakan kendaraan pribadi, juga berimbas bertambahnya volume kendaraan yang ada di jalan raya.

Intensif kendaraan pribadi

Tito menilai, pemerintah Indonesia perlu mengadopsi pola yang ada di Singapura. Salah satu caranya memberikan intensif ke pembangunan transportasi publik. Namun, memberikan disintensif ke pembatasan kendaraan. Artinya, pajak kendaraan ditinggikan dan tarif parkir perlu dinaikkan.

"Jadi,kalau di Singapura, biaya pembuatan SIM sama seharga mobil. Begitu juga, tarif parkir diintensifkan untuk kendaraan pribadi," ujar Tito.

Sementara di Indonesia, lanjut dia, intensif transportsi publik masih minim. Sehingga, wajar jika banyak warga yang memilih menggunakan kendaraan pribadi daripada angkutan umum.

Saat jumlah kendaraan pribadi dibatasi, sektor insfrastuktur jalan pun ditambah. Langkah ini, sudah menjadi program Pemprov DKI dalam  menyiapkan infrastruktur pendukung.

"Untuk insfrastuktur sepertinya tinggal menunggu waktu. Karena sedang dalam proses pembangunan. Seperti, LRT, MRT, jalan layang dan lainnya," kata mantan Kapolda Papua tersebut.

Terkait proses penindakan di jalan Raya, Tito mengatakan, hal itu tidak lepas dari kerja sama pihak terkait. Baik petugas dari kepolisian mau pun Pemerintah.

"Soal penindakan, itu urusan Satgas gabungan. Ada Dit Lantas, Dishub, hingga Satpol PP. Keterlibatan mereka terkait penetapan aturan dinjalan raya. Kalau sudah teratur, tentu ikut meminimalisir kemacetan," ujar Tito.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Megapolitan
Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Megapolitan
Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Megapolitan
Expander 'Nyemplung' ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Expander "Nyemplung" ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Megapolitan
Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Megapolitan
Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

Megapolitan
Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com