Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti Ini Sistem Kerja Persinyalan KRL Commuter Line

Kompas.com - 24/09/2015, 14:26 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini, PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) menerapkan sistem persinyalan terbuka dalam pengoperasian layanan kereta rel listrik Commuter Line. Sistem ini ditandai dengan adanya tiang-tiang di sepanjang jalur pelintasan kereta yang diistilahkan sebagai sinyal blok.

Direktur Utama PT KCJ Muhammad Nurul Fadilla menyebutkan, pada setiap tiang tersebut terdapat lampu merah, kuning, dan hijau. Menurut Fadilla, lampu yang akan menyala ditentukan oleh kereta yang lewat.

"Yang mengubah tiang sinyal ini jadi warna merah, kuning, atau hijau ya keretanya sendiri. Sinyalnya mendeteksi setiap ada kereta yang masuk. Begitu ada kereta yang masuk, otomatis sinyal yang di belakangnya jadi merah," kata Fadilla di Stasiun Juanda, Kamis (24/9/2015).

Fadilla kemudian memberi contoh sebuah rangkaian KRL yang masuk di Stasiun Cikini. Ia menyebutkan, saat rangkaian KRL tersebut berhenti, maka semua tiang yang ada di sepanjang jalur pelintasan dari Stasiun Cikini hingga Stasiun Manggarai akan memunculkan sinyal warna merah.

Sinyal tersebut sebagai penanda agar rangkaian-rangkaian KRL yang berada di sepanjang jalur pelintasan tersebut berhenti, sampai rangkaian KRL yang sedang berhenti di Stasiun Cikini berjalan kembali.

"Kalau ada kereta sampai Cikini, sinyal yang di belakangnya otomatis akan merah. Kalau keretanya maju, yang di belakangnya jadi kuning. Nanti maju lagi, yang kuning tadi jadi hijau," papar Fadilla.

Meski tiang-tiang pada blok sinyal dapat berfungsi secara otomatis, Fadilla menyebut berhenti atau tidaknya rangkaian KRL masih ditentukan oleh masinis. "Berhentinya di masinis," ujarnya singkat.

Menurut Fadilla, sistem persinyalan berjalan dengan baik saat terjadinya benturan antar dua rangkaian KRL di Stasiun Juanda pada Rabu kemarin. Namun, ia enggan menyatakan bahwa kecelakaan kemarin diakibatkan oleh kelalaian masinis.

Fadilla mengatakan, penyelidikan terhadap peristiwa yang mencederai 43 orang itu berada dalam wewenang Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). "Kita tunggulah hasilnya ya. Kalau berandai-andai salah semua nanti," pungkas Fadilla.

Kompas TV Tabrakan Terjadi di Perlintasan Stasiun Juanda
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com