Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanggapan Ketua DPRD yang Disebut Persulit APBD agar Ahok Gagal di Pilkada

Kompas.com - 11/10/2015, 09:58 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi membantah pernyataan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama yang menuding DPRD punya niat buruk dengan menurunkan nilai anggaran dalam Kebijakan Umum Anggaran Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2016.

Dia juga membantah ingin Ahok (sapaan Basuki) gagal pada tahun 2016 agar gagal pula dalam Pilkada DKI 2017.

"Kepemimpinan saya sekarang ini serba transparan dan terbuka kok. Masyarakat bisa lihat sendiri. Kita ini dalam membahas anggaran bersama eksekutif kan mau ngomong yang realistis saja. Kita cuma enggak mau anggarannya mengada-ada," ujar Prasetio ketika dihubungi, Minggu (11/10/2015).

Prasetio mengatakan, justru dia ingin kepemimpinan Ahok di tahun 2016 berhasil. Dia mengatakan, selama ini Pemerintah Provinsi DKI sering kali tidak berhasil mencapai target pendapatan yang mereka tentukan.

Sejak 2013 hingga 2015, dana perimbangan yang ditentukan Pemprov DKI adalah sebesar Rp 13 triliun. Akan tetapi, target tersebut tidak tercapai.

Rata-rata, Pemprov DKI hanya mendapatkan sekitar Rp 9 triliun saja. Dengan tidak tercapainya pendapatan itu, Prasetio mengatakan otomatis akan berdampak pada penyerapan.

Anggaran yang digunakan Pemprov DKI untuk membangun Jakarta tidak maksimal. Imbasnya, penyerapan rendah.

Prasetio menjelaskan, anggota DPRD menurunkan target pendapatan DKI dengan tujuan agar lebih mudah dicapai. Dengan demikian, penyerapan pun meningkat. Mengurangi nilai pendapatan, artinya harus mengurangi nilai belanja juga.

Prasetio mengatakan, anggota DPRD pun otomatis akan mencoret anggaran yang tidak diperlukan atau mengurangi nilai anggaran.

Itulah sebabnya, pembahasan APBD 2016 kali ini dibuat lebih ketat. Prasetio mengatakan, hal itu demi kebaikan Pemerintah Provinsi DKI sendiri.

"Kami itu niat baik. Jangan juga malah nanti dibilang anggaran siluman lagi. Kita cuma pengin realistis agar target tercapai. Kalau selama ini target ketinggian dan enggak bisa dicapai, kita turunin," ujar Prasetio. (Baca: Ahok: Ketua DPRD Enggak Tanda Tangan LKPJ APBD 2014)

Sebelumnya, Ahok menengarai banyak anggota DPRD yang tidak suka dengan langkahnya mengungkap adanya anggaran siluman di dalam RAPBD 2015 sehingga pembahasan APBD 2016 dibuat lebih ketat.

Seluruh anggaran yang diusulkan pada Kebijakan Umum Anggaran Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUAPPAS) 2016 dibuat dengan detail harga satuan.

DPRD mengawal ketat seluruh anggaran dan menurunkan semua nilai anggaran di dalam KUAPPAS 2016.

"Kenapa? Mungkin takut saya terlalu berhasil pada tahun 2016 karena mau pemilihan (pilkada) lagi tahun 2017. Enggak apa-apa, saya mah santai saja gitu lho. Yang penting ini semua dilakukan secara transparan, masyarakat bisa mengikuti apa yang terjadi gitu lho," kata Ahok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Massa Buruh Nyalakan 'Flare' dan Kibarkan Bendera di Monas

Massa Buruh Nyalakan "Flare" dan Kibarkan Bendera di Monas

Megapolitan
Ribuan Buruh Ikut Aksi 'May Day', Jalanan Jadi 'Lautan' Oranye

Ribuan Buruh Ikut Aksi "May Day", Jalanan Jadi "Lautan" Oranye

Megapolitan
Bahas Diskriminasi di Dunia Kerja pada Hari Buruh, Aliansi Perempuan: Muka Jelek, Eh Tidak Diterima...

Bahas Diskriminasi di Dunia Kerja pada Hari Buruh, Aliansi Perempuan: Muka Jelek, Eh Tidak Diterima...

Megapolitan
Ribuan Polisi Amankan Aksi 'May Day', Kapolres: Tidak Bersenjata Api untuk Layani Buruh

Ribuan Polisi Amankan Aksi "May Day", Kapolres: Tidak Bersenjata Api untuk Layani Buruh

Megapolitan
Korban Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan, Jasad Mengapung 2,5 Kilometer dari Titik Kejadian

Korban Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan, Jasad Mengapung 2,5 Kilometer dari Titik Kejadian

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com