Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala BPK DKI: Atut Justru Ditangkap di Zaman Saya, Opininya "Disclaimer"

Kompas.com - 03/11/2015, 08:14 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi DKI Jakarta Efdinal mengklarifikasi pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.

Basuki sebelumnya mempertanyakan kredibilitas audit BPK di bawah pimpinan Efdinal yang memberi opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) pada Laporan Keuangan Provinsi Banten yang dipimpin Ratu Atut Chosiyah.

Efdinal menjadi Kepala BPK Provinsi Banten periode 2013-2014. 

"Saya dulu di BPK memberi opininya Disclaimer atau tidak menyatakan pendapat. Bukan WTP," kata Efdinal saat dihubungi wartawan, Senin (2/11/2015) malam. 

Akibat opini itu pula, Atut ditetapkan menjadi tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kini Atut juga telah resmi ditahan oleh KPK.

BPK, kata dia, menemukan indikasi penyalahgunaan anggaran dalam pengadaan alat kesehatan dengan nilai mencapai Rp30 miliar.

Selain itu, BPK juga menemukan ketidakwajaran dalam pengelolaan anggaran bantuan sosial di Banten yang nilainya Rp 7,8 miliar. 

"Waktu Bu Atut ditangkap (KPK) ya pas masa saya dan opininya itu Disclaimer bukan WTP. Coba cek saja langsung di Provinsi Banten," kata Efdinal.

Setelah memimpinan BPK Perwakilan Provinsi Banten, Efdinal dipindah ke BPK Perwakilan Provinsi DKI Jakarta. Ia mengaku profesional dalam mengaudit laporan keuangan provinsi manapun.

Efdinal juga menyebut telah melakukan audit keuangan sesuai prosedur. 

"Ya saya sudah hampir setahun lebih di (BPK Perwakilan) Jakarta. Kami juga bekerja berdasarkan fakta-fakta sesuai Undang-undang dan dapat dipertanggungjawabkan."

"Kami melakukan tugas negara yaitu mengamankan uang negara juga," kata dia. 

Basuki sebelumnya menuding BPK Perwakilan DKI tidak adil dalam melakukan audit investigasi pembelian sebagian lahan Rumah Sakit Sumber Waras.

Bahkan, ia mempertanyakan kredibilitas Kepala BPK Perwakilan DKI Efdinal dalam mengaudit laporan keuangan tiap daerah.

"Kalau Efdinal dulunya bekas BPK Banten, hasil audit dia ke Banten apa? WTP (wajar tanpa pengecualian), tapi nyatanya Atut masuk penjara. Orang seperti itu yang mau ribut sama saya?" kata Basuki ketus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com