Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musyawarah Ganti Rugi Proyek MRT Ricuh, Warga Fatmawati Minta Rp 43 Juta Per Meter Persegi

Kompas.com - 13/11/2015, 09:11 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Musyawarah pembebasan 41 bidang lahan di Jalan Fatmawati Raya, Jakarta Selatan, untuk proyek mass rapid transit (MRT) di Kantor Kecamatan Cilandak, Kamis (12/11/2015), berlangsung ricuh.

Warga pemilik lahan menolak harga yang ditawarkan pemerintah Rp 26 juta per meter persegi dan mereka menuntut harga lebih tinggi, yakni Rp 43 juta per meter persegi.

Acara yang dilaksanakan di lantai 2 kantor Kecamatan Cilandak ini diikuti 34 warga pemilik lahan.

Musyawarah awalnya berlangsung kondusif. Perwakilan dari warga Kelurahan Gandaria Selatan yang lahannya akan terkena proyek pembangunan stasiun MRT diajak berdiskusi dengan perwakilan dari Pelayanan Perizinan Terpadu (P2T).

P2T menawarkan harga tanah warga yang terkena proyek MRT di Jalan Fatmawati Raya sebesar Rp 26 juta per meter persegi.

Namun, warga tidak menyetujui tawaran P2T. Mereka meminta harganya jauh di atas harga yang ditawarkan, yaitu Rp 43 juta per meter persegi.

Perdebatan pun mulai terjadi. Saling potong pembicaraan berujung pada perdebatan sengit.

Beberapa perwakilan warga sempat berhadap-hadapan dengan pihak P2T dengan hanya dibatasi oleh sebuah meja.

Wali Kota Jakarta Selatan Tri Kurniadi terlihat duduk di belakang warga yang melakukan musyawarah itu. Musyawarah berubah menjadi debat kusir.

Salah seorang warga, Hery (55), terlihat emosi karena tanah milik pengusaha marmer di Jalan Fatmawati Raya itu hanya dihargai Rp 26 juta per meter persegi.

Hery mengaku, di Jalan Fatmawati Raya tak ada lagi lahan yang dijual seharga Rp 26 juta per meter persegi.

Hal itu membuat dia tidak bersedia menjual tanahnya. Warga meminta lahan mereka dibayar Rp 43 juta per meter persegi.

Dia meminta pejabat P2T menjelaskan dari mana harga appraisal sebesar Rp 26 juta per meter persegi itu keluar.

"Tolong jelasin dong dari mana itu angka keluar. Kami minta ganti rugi tiga kali lipat dong," ucapnya.

Hery tidak perduli harga itu merupakan appraisal dan nilainya sudah diatas nilai jual obyek pajak (NJOP).

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com