Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Langkah Hati-hati Polisi Menetapkan Pelaku yang Menaruh Sianida di Kopi Mirna

Kompas.com - 24/01/2016, 07:46 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Bukan perkara mudah untuk menentukan siapa pelaku yang menaruh sianida dalam es kopi vietnam yang menewaskan Wayan Mirna Salihin (27). 

Hingga kini, belum ada satu pun orang yang ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi. Bahkan, untuk sekadar mengarahkan ke salah seorang terduga pelaku pun, polisi masih terlihat hati-hati.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti mengatakan, polisi tak mau terburu-buru untuk menentukan siapa pelaku yang menaruh sianida dalam kopi Mirna. (Baca: Polisi Minta Penabur Sianida Mengaku

"Jadi, kami tidak buru-buru, tetapi kami hati-hati. Beda kalau cepat, tetapi tidak hati-hati. Kami hati-hati sekali dalam menangani kasus ini," kata Krishna di Mapolda Metro Jaya, beberapa hari lalu, Kamis (21/1/2016).

Sikap tersebut bukan tanpa sebab. Krishna mengungkapkan, pendalaman secara berulang terus dilakukan untuk menyamakan persepsi dari keterangan yang dianggap kurang konsisten.

Setelah dinilai meyakinkan, akan dibuatkan berita acara pemeriksaan.

"Karena itu kan harus pro-yustisia," kata Krishna.

Strategi hati-hati dari polisi tampaknya juga dipahami oleh Guru Besar Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Adrianus Meliala.

Adrianus menyebut, meski penyidikan polisi sudah mengarah ke tersangka, polisi masih memakai unsur hati-hati.

"Yang penting adalah dalam rangka mengarah itu, polisi memakai proses berhati-hati, proses yang tidak buru-buru," kata Adrianus saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (23/1/2016). 

Pelaku potensial

Dalam penyelidikan kematian Mirna, polisi menemukan keterangan saksi yang dianggap janggal. Namun, ia tidak menyebut siapa saksi tersebut. 

Selain itu, Krishna juga tidak mengungkapkan isi kejanggalan dari saksi kasus kematian Mirna sebab berisiko membuat potential suspect (pelaku potensial) menyiapkan alibi.

"Kami enggak bisa sampaikan dong. Anda tahu siapa pun membaca, siapa pun memantau," kata Krishna.

"Kalau saya terbuka, terus dibaca oleh orang dan jadi opini, polemik dan yang lebih parah potential suspect bisa antisipasi dan sebagainya," ucapnya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Kasus Ojol Ribut dengan Bocah di Jalur Sepeda Berakhir Damai, Pemotor Minta Maaf

Kasus Ojol Ribut dengan Bocah di Jalur Sepeda Berakhir Damai, Pemotor Minta Maaf

Megapolitan
Momen Virgoun Pakai Baju Tahanan dan Tangan Diborgol, Diekspos Saat Konpers di Kantor Polisi

Momen Virgoun Pakai Baju Tahanan dan Tangan Diborgol, Diekspos Saat Konpers di Kantor Polisi

Megapolitan
Polisi: Bentrokan di Cawang Dipicu Selisih Paham Penggunaan Gereja

Polisi: Bentrokan di Cawang Dipicu Selisih Paham Penggunaan Gereja

Megapolitan
Calon Pengantin di Bogor Kena Tipu WO,  Dekor Apa Adanya dan 'Catering' Tak Kunjung Datang

Calon Pengantin di Bogor Kena Tipu WO, Dekor Apa Adanya dan "Catering" Tak Kunjung Datang

Megapolitan
PPDB Jalur Zonasi di Jakarta Dibuka, Prioritaskan Siswa yang 1 RT dengan Sekolah

PPDB Jalur Zonasi di Jakarta Dibuka, Prioritaskan Siswa yang 1 RT dengan Sekolah

Megapolitan
Sempat Bantah Cabuli Cucunya Sendiri, Kakek di Depok Diringkus Polisi

Sempat Bantah Cabuli Cucunya Sendiri, Kakek di Depok Diringkus Polisi

Megapolitan
Aksi Nekat Jambret di Jakut, Beraksi Seorang Diri Gasak iPhone Pejalan Kaki Dekat Kantor Polisi

Aksi Nekat Jambret di Jakut, Beraksi Seorang Diri Gasak iPhone Pejalan Kaki Dekat Kantor Polisi

Megapolitan
Calon Pengantin di Bogor Ditipu WO, Catering dan Dekorasi Tidak Ada Saat Resepsi

Calon Pengantin di Bogor Ditipu WO, Catering dan Dekorasi Tidak Ada Saat Resepsi

Megapolitan
Pembangunan Masjid Agung Batal, Nasib SDN Pondok Cina 1 Belum Temukan Titik Terang

Pembangunan Masjid Agung Batal, Nasib SDN Pondok Cina 1 Belum Temukan Titik Terang

Megapolitan
Penjarahan Rusunawa Marunda Disebut Terjadi karena Masalah Revitalisasi Berlarut-larut

Penjarahan Rusunawa Marunda Disebut Terjadi karena Masalah Revitalisasi Berlarut-larut

Megapolitan
Revitalisasi Pasar Jambu Dua di Bogor Hampir Rampung, Kamis Ini Bisa Digunakan

Revitalisasi Pasar Jambu Dua di Bogor Hampir Rampung, Kamis Ini Bisa Digunakan

Megapolitan
Calon Pengantin di Bogor Ditipu WO, Dijanjikan Catering dan Dekorasi Rp 20 Juta

Calon Pengantin di Bogor Ditipu WO, Dijanjikan Catering dan Dekorasi Rp 20 Juta

Megapolitan
Polisi Berencana Periksa Seluruh Kru Band Virgoun Soal Kasus Narkoba

Polisi Berencana Periksa Seluruh Kru Band Virgoun Soal Kasus Narkoba

Megapolitan
Remaja di Duren Sawit Naik Pitam, Tusuk Ayah Kandung hingga Tewas karena Sakit Hati Dituduh Mencuri

Remaja di Duren Sawit Naik Pitam, Tusuk Ayah Kandung hingga Tewas karena Sakit Hati Dituduh Mencuri

Megapolitan
Menengok 'Sekolah di Utara' untuk Anak Kurang Mampu di Cilincing, Ada di Kolong Jembatan Berdebu

Menengok "Sekolah di Utara" untuk Anak Kurang Mampu di Cilincing, Ada di Kolong Jembatan Berdebu

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com