Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Senjata Api Teroris Didapat dari Lapas Tangerang, Ada Keterlibatan Orang Dalam?

Kompas.com - 26/01/2016, 17:11 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com — Hilangnya sembilan pucuk senjata api dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas 1 Tangerang yang kemudian digunakan oleh terduga teroris sudah menjadi perhatian pemerintah pusat.

Pengusutan kasus ini juga melibatkan Densus 88 Antiteror yang bekerja sama dengan Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).

Saat ditanya apakah ada kemungkinan keterlibatan orang dalam Lapas Kelas 1 Tangerang, pihak Kemenkumham belum dapat menjelaskan lebih lanjut.

Mereka hanya menegaskan, pemeriksaan masih berlanjut dan belum ada kabar terbaru dari Densus 88.

"Intinya, semua yang dianggap bertanggung jawab sudah diperiksa. Saya belum bisa bilang lebih jauh lagi, apa ada keterlibatan orang dalam, apa bagaimana," kata Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Banten Kemenkumham Susi Susylawati saat dihubungi pewarta, Selasa (26/1/2016).

Pemeriksaan yang turut melibatkan Densus 88 menyasar semua petugas hingga pejabat yang ada di Lapas Kelas 1 Tangerang, baik secara struktural maupun non-struktural.

Menurut Susi, pemeriksaan sudah berlangsung sejak 14 Januari 2016 setelah teror bom di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. (Baca: Kapolri Benarkan 9 Pucuk Senjata yang Diamankan Berasal dari Lapas Tangerang)

Secara terpisah, Kompas.com telah menghubungi Kepala Lapas Kelas 1 Tangerang Hartono untuk meminta konfirmasi, tetapi belum mendapat respons.

Densus 88 mengamankan 18 orang setelah kejadian bom di Jalan MH Thamrin. Dari 18 orang itu, delapan orang ditetapkan sebagai tersangka atas keterkaitan dengan aksi teror di kawasan Thamrin.

Adapun 12 orang lainnya tidak terkait dengan teror bom Thamrin. Namun, mereka ditetapkan sebagai tersangka atas kasus kepemilikan sembilan senjata api. (Baca: Densus 88 Selidiki 9 Senjata Teroris dari Lapas Tangerang)

Senjata api itu hendak digunakan untuk "amaliyah" (istilah kelompok radikal dalam melakukan aksi teror). Sebanyak 12 orang tersangka ini terdiri dari dua grup. Grup pertama beranggotakan HF alias A, SF alias MM, S alias STM, B alias AM, WFB alias E, dan MFS.

Sementara itu, grup kedua terdiri dari AP alias A, EBN alias E, Z alias ZN, W alias HN, QM, dan SA alias B. Tersangka berinisial SA adalah narapidana Lapas Nusakambangan. Selebihnya merupakan narapidana Lapas Kelas 1 Tangerang. (Baca: 9 Senjata Api dari Lapas Tangerang Dipakai Teroris, Para Pejabat Diperiksa)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cegah Prostitusi, 3 Posko Keamanan Dibangun di Sekitar RTH Tubagus Angke

Cegah Prostitusi, 3 Posko Keamanan Dibangun di Sekitar RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Kasus Berujung Damai, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya di Warteg Dibebaskan

Kasus Berujung Damai, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya di Warteg Dibebaskan

Megapolitan
Kelabui Polisi, Pria yang Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang Sempat Cukur Rambut

Kelabui Polisi, Pria yang Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang Sempat Cukur Rambut

Megapolitan
Menanti Keberhasilan Pemprov DKI Atasi RTH Tubagus Angke dari Praktik Prostitusi

Menanti Keberhasilan Pemprov DKI Atasi RTH Tubagus Angke dari Praktik Prostitusi

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pastikan Beri Pelayanan Khusus bagi Calon Jemaah Haji Lansia

Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pastikan Beri Pelayanan Khusus bagi Calon Jemaah Haji Lansia

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta Siapkan Gedung Setara Hotel Bintang 3 untuk Calon Jemaah

Asrama Haji Embarkasi Jakarta Siapkan Gedung Setara Hotel Bintang 3 untuk Calon Jemaah

Megapolitan
Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Megapolitan
Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok Saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok Saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Megapolitan
Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Megapolitan
Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Megapolitan
Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Megapolitan
Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Megapolitan
Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Megapolitan
Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Megapolitan
Sejumlah Warga Setujui Usulan Heru Budi Bangun 'Jogging Track' di RTH Tubagus Angke untuk Cegah Prostitusi

Sejumlah Warga Setujui Usulan Heru Budi Bangun "Jogging Track" di RTH Tubagus Angke untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com