Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Lulung Yakin Ada Pembiaran Eksekutif terhadap Pengadaan UPS

Kompas.com - 05/02/2016, 08:38 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua DPRD DKI Abraham Lunggana berpendapat, kasus pengadaan uninterruptible power supply (UPS) ini sebenarnya bukan sulit untuk dipecahkan. Sebab, kata dia, sudah terlihat jelas keanehan-keanehan dalam kasus ini.

"Ini kasus yang mudah dibongkar dan alurnya sudah ketahuan," ujar Lulung di Pengadilan Tipikor, Jalan Bungur Besar Raya, Kamis (4/2/2016).

Lulung pun yakin ada pembiaran dari pihak eksekutif terhadap pengadaan UPS ini.

Ada beberapa hal yang membuat Lulung yakin. Pertama, adanya nomenklatur pengadaan UPS dalam APBD-P 2014.

"Satu tahun lebih Gubernur bilang UPS tidak dibahas, tetapi kok ada nomenklaturnya? Nomenklatur itu yang buat bukan DPRD," ujar Lulung.

Hal kedua, kegiatan pengadaan UPS juga memiliki nomor rekening. Tanpa nomor rekening, sebuah kegiatan tidak mungkin bisa untuk dilelang.

"Nomor rekening itu siapa yang bikin? BPKAD (Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah) yang merupakan pihak eksekutif," ujar Lulung.

Ketiga, Lulung mengatakan, semua pengadaan barang membutuhkan surat perintah pencairan dana (SP2D) agar bisa dilelang.

Surat tersebut sewajarnya ditandatangani oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.

Lulung menganggap wajar jika Basuki lupa menandatangani satu SP2D untuk UPS. Namun, Lulung mengingatkan total pengadaan UPS ada 49 unit.

"Aneh kan, 1 unit UPS itu butuh 1 SP2D. Kalau ada 49 unit, berarti 49 unit itu ada SP2D. Masa sih dia enggak tahu," ujar Lulung.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama juga mengaku kesulitan mengontrol puluhan ribu item anggaran di Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta. Akibatnya, banyak program siluman yang muncul di APBD DKI Jakarta.

"Kita mana bisa lakukan pembiaran kalau ada 60.000 item anggaran," kata Basuki di Pengadilan Tipikor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rumah TKP Brigadir RAT Bunuh Diri Pernah Dimiliki Fahmi Idris, Lalu Kini Dihuni Bos Tambang

Rumah TKP Brigadir RAT Bunuh Diri Pernah Dimiliki Fahmi Idris, Lalu Kini Dihuni Bos Tambang

Megapolitan
Cara Daftar Online Urus KTP dan KK di Tangsel

Cara Daftar Online Urus KTP dan KK di Tangsel

Megapolitan
Preman Perusak Gerobak Bubur di Jatinegara adalah Warga Setempat

Preman Perusak Gerobak Bubur di Jatinegara adalah Warga Setempat

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Preman Perusak Gerobak Bubur Pakai Celurit di Jatinegara

Polisi Kantongi Identitas Preman Perusak Gerobak Bubur Pakai Celurit di Jatinegara

Megapolitan
Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Megapolitan
Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Megapolitan
Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Megapolitan
Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Megapolitan
Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Megapolitan
Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Megapolitan
Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Megapolitan
Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Megapolitan
Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Megapolitan
Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com