Hal ini diungkapkan seorang pengusaha kosan di Kalijodo, Syarif (56). Seminggu belakangan, dia cemas dengan berita penggusuran Kalijodo. Sebab, dia punya usaha kos-kosan 17 pintu di Kalijodo.
Kos-kosan ini sebenarnya sudah dibuka olehnya sejak empat tahun lalu. Namun, dua tahun lalu, kosannya dibangun ulang akibat kebakaran pada awal 2013. Syarif harus merogoh kocek Rp 200 juta untuk perbaikan.
"Itu belum termasuk rumah pribadi saya, Rp 100 juta," kata Syarif di Kalijodo, Kamis (18/2/2016).
Namun, kosan miliknya kini hanya tersisa enam penghuni. Bahkan, para penghuni kosannya itu sudah siap hengkang karena rencana penertiban ini.
Syarif mengaku kepikiran dengan rencana Ahok. Pria asli Jawa Timur itu masih berharap Ahok membatalkan rencana penertiban.
"Saya sampai minta ibu-ibu pengajian di kampung tolong bikin pengajian dulu. Sebut nama saya dan lingkungan saya, semoga hati Ahok melunak," ujar Syarif.
Rencana penertiban itu jadi beban pikiran buatnya, sampai tak nafsu makan. Ia berharap Ahok mau datang untuk berbicara dengan warga.
"Saya pengen Ahok datang ke sini. Kita lindungin dia. Lu (Ahok) enggak bakal 'dicolek' sama warga di sini. Kita ngomong dari hati ke hati," ujarnya.
Syarif mengatakan, belum terpikirkan untuk tinggal di rusun. Ia pun menyesali rencana penertiban oleh pemerintah ini tak disertai sosialisasi kepada warga.
"Mana ada sosialisasi sama warga," ujarnya.
Ia menilai, cara Ahok saat ini mungkin berbeda kalau Joko Widodo masih menjabat Gubernur DKI. Cara pendekatan ke warganya pun menurut dia akan berbeda.
"Kalau Pak Jokowi masih gubernur, belum presiden, ini enggak akan kayak gini. Pasti persuasif dulu, nanya dulu bapak-bapak mau gimana. Nanya kerjaan kita dulu. Tetapi, kalau sekarang intimidasi, bukan sosialisasi lagi, main bawa pasukan," katanya.