Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pilkada Lebih dari 2 Pasang Calon Sama dengan Beri Tiket Gratis untuk Ahok"

Kompas.com - 07/03/2016, 11:08 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat Komunikasi Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, menilai, Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 akan lebih seru jika hanya diikuti oleh dua pasang calon.

Dengan demikian, Gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok bersama pasangannya hanya akan melawan satu pasang calon gubernur penantang.

"Kalau (diikuti) lebih dari dua pasang calon, maka itu sama saja ngasih tiket gratis buat Ahok jadi gubernur lagi," kata Hendri, Senin (7/3/2016).

Dia menjelaskan, dasar pemikiran itu adalah hasil berbagai survei yang memperlihatkan persentase popularitas Ahok hampir menyentuh 50 persen.

Survei Kedai Kopi, misalnya, menyebutkan popularitas Ahok di mata warga DKI Jakarta sebesar 43,5 persen. Begitu juga dengan survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) yang menampilkan popularitas Ahok sebesar 43 persen.

Dari hasil kedua survei itu, peluang lawan Basuki akan lebih besar bila hanya ada satu pasang calon. Pasangan itu kemungkinan akan bisa merebut potensi popularitas selebihnya, sebesar lebih dari 50 persen.

Namun, jika ada lebih dari dua pasang calon, maka suara 50 persen lebih itu akan terpecah dua. Dengan demikian, secara tidak langsung akan menjadikan Ahok sebagai satu-satunya calon yang mengantongi persentase popularitas terbanyak.

"Kan Ahok sudah punya 43 persen, kalau hitungan survei ya. Kalau misalnya head to head, ada kemungkinan kejutan Ahok bisa dikalahkan. Anggaplah semuanya milih, Ahok punya tabungan 43 persen, terus enggak naik tabungannya, maka calon lain bisa 57 persen. Tetapi, di politik itu kan hitungannya enggak bisa hitungan matematika begitu," tutur Hendri.

Sampai saat ini, ada beberapa nama yang menyatakan siap menghadapi Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Mereka antara lain pengusaha Sandiaga Uno, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault, pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra, dan musisi Ahmad Dhani. (Baca: Mereka Siap "Head to Head" Lawan Ahok pada Pilgub DKI 2017)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com