"Saya enggak setuju dengan Pak Ahok, Rp 200 miliar itu banyak," ucap Hasnaeni di kediamannya di Kemang Timur V, Jakarta Selatan, Kamis (17/3/2016). (Baca juga: "Wanita Emas" Kritik Gaya Memimpin Ahok).
Hasnaeni menuturkan, selama bertahun-tahun berkecimpung di dunia parpol, dia belum pernah mendengar adanya mahar dengan ratusan miliar rupiah yang disetorkan para calon kepala daerah kepada partai.
Kendati demikian, dia mengakui adanya biaya operasional kemasyarakatan.
Menurut Hasnaeni, biaya operasional kemasyarakatan sama dengan biaya operasional pemenangan calon. Biaya itu, kata dia, dikelola sendiri oleh calon kepala daerah.
"Iya, biaya blusukan, untuk tim sukses kita. Duduk-duduk makan gorengan seperti itu kan juga masuk dalam dana operasional kemasyarakatan itu. Jumlahnya variatif, tetapi saya enggak bisa sebutin ya (jumlahnya)" ujar Hasnaeni.
Ia pun beranggapan bahwa dana itu bukan mahar politik. Melainkan biaya operasi kemasyarakatan.
Hasnaeni juga mengatakan bahwa dia akan ikut Pilkada DKI melalui jalur partai politik. Dia mengaku telah berkomunikasi dengan empat partai terkait rencana itu. (Baca juga: Sibuk Mau "Nyagub", Apakah Hasnaeni "Wanita Emas" Didukung Partainya?).
Namun, dia enggan mengungkapkan empat partai tersebut. "Partai mana saja yang penting bisa kerja sama dalam mengedepankan kepentingan publik," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.