Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sentilan Mantan Ketua KPK untuk Ahok...

Kompas.com - 01/04/2016, 10:22 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Meskipun menyatakan ikut Pilkada DKI Jakarta 2017 melalui jalur independen, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tetap membuka peluang didukung partai politik.

Sejauh ini, dua partai politik mendukung Basuki, yakni Partai Nasdem dan Partai Hanura.

Menurut mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Busyro Muqoddas, seseorang yang menyatakan maju secara perseorangan atau independen dan turut mendapatkan dukungan dari partai politik merupakan suatu ambiguitas.

"Dari segi terminologi sendiri, itu menunjukkan ambiguitas. Kalau independen ya independen saja,” kata Busyro dalam sebuah diskusi di PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (31/3/2016).

Busyro juga menilai bahwa mustahil partai politik mendukung Basuki atau Ahok tanpa adanya kepentingan tertentu. (Baca: Busyro Nilai Independensi Ahok di Pilkada DKI Ambigu)

Ia berpendapat, tidak ada partai politik yang memberikan dukungannya kepada calon kepala daerah dengan cuma-cuma.

"Parpol yang mendukung Pak Ahok misalnya Nasdem, dukungan itu pakai bayaran enggak? Nanti setelah kalau jadi. Ada parpol yang memiliki ideologi sedekah yang ikhlas? Ada enggak? Mendukung ikhlas tidak minta minta imbalan, ya enggak ada kan," sambung Busyro.

Mahar politik

Indonesia Corruption Watch (ICW) mengingatkan perlunya mewaspadai "mahar" politik yang rawan terjadi menjelang pemilihan kepala daerah.

Menurut ICW, mahar politik kerap diberikan calon kepala daerah kepada parpol yang akan mengusungnya.

Hasil kajian ICW menyebutkan adanya calon kepala daerah yang memberikan mahar kepada parpol hingga Rp 15 miliar.

"Itu masih satu partai, belum lagi partai yang lain,” ujar Koordinator Divisi Korupsi Politik ICW, Donal Fariz, Kamis (31/1/2016).

Donal menyebut, mahar yang diberikan kepada partai politik ini sering sekali memicu terjadinya korupsi yang dilakukan oleh kepala daerah. (Baca juga: ICW Menyebut Calon Independen Sering Minta Bantuan Perusahaan "Leasing")

Sebab, menurut dia, saat menjabat nanti, si kepala daerah tersebut akan berupaya mendapatkan kembali modal yang dikeluarkannya untuk mahar politik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com