Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Candra Malik
Praktisi Tasawuf

Praktisi tasawuf yang bergiat dalam kesenian dan kebudayaan. Menulis artikel dan cerita pendek di media massa, buku-buku bertema spiritual, dan novel, serta mencipta lagu dan menyanyi. Berkiprah sebagai Wakil Ketua Lesbumi (Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama masa khidmat 2015-2020.

Bir, Anjing, dan Cinta

Kompas.com - 13/04/2016, 06:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnu Nugroho

ABDU L WAHAB. Pendakwah muda yang merantau ke bumi Papua itu hari-hari ini menyemarakkan diskusi di media sosial tentang makna penting agama dan anjing. Ia menulis di laman Facebook, "Walau pun najis tapi kata guruku: puncak dari agama adalah cinta." Reaksi beragam hadir, disertai caci dan stigma negatif.

Lekas sekali ia mengingatkanku pada Rumi yang memang identik dengan agama cinta. Bedanya, publik mengingat Jalaluddin Rumi, sang sufi agung itu, lewat syair-syair dan tarian sema yang legendaris itu. Sedangkan masyarakat hari ini mengobrolkan Wahab dengan pokok bahasan anjing dan hukum najis dalam Islam.

Wahab menulis, "Kasihan sekali anjing ini. Tubuhnya banyak sekali luka dan seperti sangat kelaparan. Tadi aku ajak ke pondok dan sedikit aku obati dan kasih makan."

Tidak hanya itu. Ia juga menggunggah satu foto dirinya bersama anjing malang tersebut. Dan, ternyata reaksi publik menggelinding bak bola salju.

Tak bisa aku bayangkan betapa Wahab sibuk membaca satu per satu komentar orang. Ah, tapi aku memilih tidak percaya bahwa Wahab akan menghabiskan waktu untuk meladeni tiap pendapat orang. Sebab, sampai kolom ini kutulis, informasi di laman pemuda tampan itu mencantumkan 1,9 ribu comments dan 5,6 ribu shares.

Aku berangan-angan, andaikata Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) mengundang juga Wahab dalam pertemuan dengan selebritas Twitter, atau anggaplah ia mengadakan perjamuan dengan selebritas Facebook, termasuk Abdu L Wahab, kontroversi niscaya akan lebih hidup dan berwarna.

Tinggal Wahab unggah status dan foto, efek domino dari temu muka Ahok dengan kaum sosialita media sosial akan jauh lebih luas wilayah diskusinya. Kepopuleran Wahab di Facebook telah terbukti dan teruji. Tinggal merayunya untuk memoles diri di depan cermin politik, menjadi ikon debat hanya soal gimik.

Tapi andai pun Ahok mengundang Wahab, aku kok tak percaya Wahab akan memenuhinya. Sebab, spirit yang ia perjuangkan adalah petuah gurunya, yaitu puncak agama adalah cinta. Bukan popularitas, bukan pula jabatan politik. Jika sekadar sengaja membikin gegeran, tak perlu Wahab melanglang ke Indonesia timur.

Jika kini publik, setidaknya yang tinggal di linimasa Twitter, meributkan foto kaleng-kaleng bir dalam acara Ahok dan selebritas pengicau itu, ia tak sendirian menghadapi polemik itu. Lagipula, Ahok seorang gubernur dan kandidat petahana yang punya "Teman Ahok". Wahab? Wahab perlu rasanya menggalang Teman Wahab.

Aku memperkirakan tema baru akan muncul untuk dibincangkan di laman Facebook Abdu L Wahab disertai kontroversi berikutnya. Tak bisa kiranya Wahab mengandalkan relawan sesama pendakwah atau teman-temannya. Pendakwah pun masih terbelah pendapatnya soal muslim berinteraksi dengan anjing.

Beberapa hari lalu, ketika hadir dalam Majelis Dzikir Ajeg Seloso Kliwon di Pesantren Edi Mancoro, Kabupaten Semarang, aku dan para pembicara lainnya juga mendapat pertanyaan tentang anjing.

Bahkan, lebih ekstrim lagi. Penanya minta petuah bagaimana ia harus bersikap pada seorang kiai pro anjing.

Kiai itu, katanya, memelihara anjing dan membiarkannya juga berkeliaran di sekitar masjid. "Padahal, kiai itu juga menjadi imam masjid," ungkap penanya. Ah, untunglah KH Budi Harjono dan KH Agus Suedi yang menjawab. Keduanya memaparkan riwayat, kisah dan dalil soal anjing dan sikap muslim terhadapnya.

Jika tak salah mengingat, Kiai Budi, tokoh sufi 'caping gunung' yang kini mengasuh lebih dari lima ratus penari sufi berputar itu, mengutip kitab "Syarhu Kaasyifatus Sajaa 'alaa Safiinatin Najaa fii Ushuulid Diini wal Fiqhi" karya ulama agung, Syekh Muhammad Nawawi al Bantani, untuk menjawab soal sensitif itu.

Sepuluh sifat

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Megapolitan
Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Megapolitan
Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com