Di kitab tersebut dipaparkan sepuluh sifat teladan anjing yang selayaknya manusia memilikinya juga. Kesepuluh sifat teladan itu adalah suka mengosongkan perut, terjaga di malam hari, setia menjaga tuannya meski diusir berkali-kali, pantang meninggalkan warisan, dan menerima keadaan buruk.
Bahkan, sifat teladan anjing yang berikutnya adalah ia tak marah dan tak mendendam meski diperlakukan buruk oleh tuannya, menjaga harapan terhadap rezeki, rela menyingkir jika wilayahnya ditempati liyan, ringan hati bermalam di rumah orang yang memberinya makan, dan ke mana pun pantang membawa bekal.
Pendek kata, Syekh Nawawi di dalam bahasannya tentang hikmah mengajak manusia meneladani sifat-sifat saleh, sadar, shidiq, zuhud, ridha, harap, sabar, ikhlas, qana'ah, dan tawakal, bahkan dari anjing. Sedangkan soal kenajisan anjing, Kiai Budi berpendapat, ia yakin kiai dan imam masjid itu tahu ilmu bersuci.
Aku hanya menambahkan sedikit. Kukatakan pada majelis bahwa sufi tak boleh mengatakan sesuatu hanya berdasarkan pengetahuan, namun harus didasarkan pada pengalaman. Artinya, Kiai Budi niscaya mempunyai segudang pengalaman dengan anjing sebelum ia menjawab pertanyaan itu. Jadi, bukan cuma sok tahu.
Terlepas dari semua itu, aku yakin keseharian Wahab masih asyik-asyik saja. Sibuk berdakwah di Papua. Dan, tak ada kerugian pribadi yang diakibatkan dari polemik ini. Sedikit, atau mungkin banyak, berbeda dari Ahok dan Teman Ahok. Layak diduga mereka sedang menghitung-hitung kerugian politik dari kasus foto bir.
Wajar saja, Wahab tidak memiliki kalkulasi politik sehingga tidak perlu ada pemikiran apakah unggahannya di Facebook itu tepat sasaran atau meleset. Sedangkan Ahok dan "Teman Ahok" sudah pasti berhitung tendensi kekuasaan, walau mengklaim nama rakyat dan demi ibukota yang lebih baik. Politik toh tetap politik.
Wajar pula jika pendebat Wahab mengarahkan isu ini ke ranah agama. Sebab, ia memang membawa-bawa agama. Harap ingat, Wahab menulis puncak agama adalah cinta. Ahok? Ahok dan "Teman Ahok" lebih baik tak meladeni isu kaleng bir dengan cara pandang agama dan moral. Ia tidak sedang berkampanye agama, kan?
Kalau pun terlanjur tema bir lebih mengemuka daripada tema utama temu selebritas Twitter dan Ahok itu, aku sarankan mulailah menyusun dan mensyiarkan sepuluh keutamaan bir bagi pilkada. Jangan bawa-bawa agama dan moral. Atau, lebih baik jika Ahok dan "Teman Ahok" mengutip cinta dan kemanusiaan dalam tema.
Aku tidak tinggal di Jakarta. Jadi, aku tidak akan ikut pilkada di ibukota. Hanya usul saja: bir, anjing, dan cinta sepertinya asyik dijadikan obrolan ngopi. Agar kita terbebas sejenak dari topik RS Sumber Waras, reklamasi, dan Sunny.
Tetapi, sebaiknya jangan ada yang mengunggah potret kaleng bir dan anjing. Cukup cinta saja.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.