Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disdik Belum Terima Instruksi Ahok soal Pembatalan Penggusuran Rumah Guru

Kompas.com - 23/04/2016, 21:18 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Jajaran Dinas Pendidikan DKI Jakarta mengaku belum menerima instruksi dari Gubernur Basuki Tjahaja Purnama terkait permintaan untuk membatalkan penggusuran rumah guru di Jalan Danau Limboto, Pejompongan, Jakarta Pusat.

"Sejauh ini kita belum terima," kata Wakil Kepala Dinas Pendidikan Bowo Irianto kepada Kompas.com, Sabtu (23/4/2016).

Pernyataan itu dilontarkannya menanggapi pengakuan salah seorang guru yang mengaku sudah mengadu kepada Basuki atau Ahok.

(Baca: Guru yang Rumahnya Akan Digusur di Pejompongan Sudah Mengadu ke Ahok)

Guru itu mengaku puas karena menurut dia, Ahok memberi respon yang cenderung mendukung warga terkait rencana penggusuran ini.

 

Meski belum menerima instruksi, Bowo berjanji pihaknya akan mengkonfirmasi hal itu.

Ia pun memastikan penggusuran tidak dilakukan dalam waktu dekat.

"Tentunya tidak akan dilakukan sampai semuanya jelas," ujar dia.

Rumah-rumah guru yang akan digusur Jalan Danau Limboto, Pejompongan diketahui sudah berdiri sejak puluhan tahun lalu.

Rumah-rumah itu kini ditempati oleh keluarga Selamat, Fariha, Deny Suteja, Idris, Carman, Luneto, dan TNS Panggabean.

Mereka merupakan guru yang menetap di daerah tersebut sekitar 40 tahun lalu.

"Dulu ini adalah kawasan rawa, tetaapi tidak ada sekolah di sini. Makanya ada tiga orang yg memikirkan edukasi lingkungan di sini yaitu Pak Selamet, Luneto, dan TNS Panggabean," ujar salah satu warga RT 21, Rumondang Nefolita saat ditemui, Jumat (22/4/2016).

Ketiga guru tersebut meminta kepada gubernur saat itu agar dibangun sekolah di lingkungan itu.

(Baca: Kelola Sekolah Puluhan Tahun, Para Guru Protes Rumahnya Mau Digusur Pemprov DKI)

Hingga akhirnya, sekolah-sekolah dibangun dan dikelola oleh ketiga guru tersebut. Sampai saat ini, beberapa sekolah memang berdiri berdekatan di kawasan itu.

Setelah sekolah dibangun, ketiganya kembali meminta izin menggunakan lahan negara untuk tempat tinggal mereka.

Mereka pun tinggal di lingkungan tersebut hingga sekarang. Sampai akhirnya, secara tiba-tiba mereka mendapatkan SP 1 yang isinya adalah perintah pengosongan. SP 2 pun turun tujuh hari setelahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com