Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Solusi Kemacetan di Pasar Ciputat Masih Sebatas Rapat

Kompas.com - 26/04/2016, 11:02 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com — Nasib sebagian warga Tangerang Selatan ditentukan oleh kondisi tempat-tempat yang ada di sana, salah satunya kawasan Pasar Ciputat.

Apa yang terjadi di Pasar Ciputat, baik secara langsung maupun tidak langsung, berdampak pada keseharian warga Tangsel yang beraktivitas di sekitar tempat tersebut.

Bagaimana tidak, salah satu jalan yang sering dilewati oleh warga, yakni Jalan Aria Putra Raya, yang tepat berada di seberang Pasar Ciputat, kondisinya bertolak belakang dengan persepsi orang kebanyakan tentang jalan umum.

Banyak hak pengguna jalan yang terenggut oleh tarik ulur kepentingan di sana, seperti kepentingan pedagang pasar, sopir angkot, petugas kebersihan, dan kepentingan lainnya.

Pada pukul 05.00 hingga 07.00 setiap harinya, badan jalan "diserbu" oleh pedagang kaki lima yang kebanyakan membuka lapaknya untuk berjualan sayur.

Kondisi itu terjadi hampir setiap hari. Hal tersebut membuat warga yang pergi bekerja, yang melewati tempat itu, harus memiliki kesabaran ekstra untuk bisa menembus kemacetan. Keadaan itu diperparah dengan keberadaan sopir angkot yang memilih ngetem di sana, menunggu pengunjung pasar keluar untuk naik angkutan umum.

KOMPAS.com/ANDRI DONNAL PUTERA Bak sampah besar ditempatkan di tengah Jalan Aria Putra, depan Pasar Ciputat, Tangerang Selatan, Minggu (24/4/2016). Sampah dari pedagang di pasar tersebut dikumpulkan di sana dan tidak jarang sampah berserakkan sampai ke jalan hingga menyebarkan aroma tak sedap dan menghambat arus lalu lintas.
Saking "sibuknya" jalan tersebut, bisa-bisa untuk melalui jalan yang hanya terhitung tidak lebih dari 100 meter itu harus memakan waktu lebih kurang 30 menit.

Sejak zaman Pasar Ciputat masih aset Pemerintah Kabupaten Tangerang hingga beralih menjadi milik Pemerintah Kota Tangerang Selatan, kondisi di sana belum mengalami perubahan signifikan.

Hal itu diakui oleh Wakil Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (26/4/2016) pagi.

"Agak sedikit kompleks memang di sana. Kita dapat keluhan dari masyarakat terkait sampah yang menumpuk terus dan PKL di badan jalan," kata Benyamin.

Banyak masalah bawaan yang menyebabkan Pasar Ciputat belum dapat dikelola dengan baik dan leluasa oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan.

Masalah pertama, soal pengurusan izin dengan pihak pengembang. Benyamin mengakui, jajarannya baru bisa merevitalisasi dan memperbaiki kondisi Pasar Ciputat menggunakan dana dari APBD tahun 2017 mendatang, bukan sekarang.

Ada beberapa izin yang masih harus diurus lebih lanjut. Pemerintah Kabupaten Tangerang juga perlu memasukkan sejumlah ketentuan yang menurut Benyamin masih dalam tahap pembahasan.

Anggaplah hal itu sedang berlangsung, lantas bagaimana untuk mengatasi masalah kompleks di Pasar Ciputat sebelum soal izin dan aturan lainnya dirampungkan?

Banyak kendala yang dihadapi, seperti kendala menangani masalah sampah. Di tengah Jalan Aria Putra Raya, ada satu bak sampah besar dari Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan yang digunakan untuk menampung sampah Pasar Ciputat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com