Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polemik M 44 yang "Ngetem" di Sekitar Stasiun Tebet

Kompas.com - 26/05/2016, 09:58 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Puluhan Mikrolet 44 jurusan Karet-Kampung Melayu memblokade Jalan KH Abdullah Syafei di sekitar Stasiun Tebet, Rabu (25/5/2016).

Dengan berapi-api, mereka naik ke atas mobil dan mengutuk keras pemerintah, terutama Dinas Perhubungan yang kerap menderek mereka.

Aksi blokade jalan hingga penyanderaan bus feeder transjakarta kemarin adalah puncak kekesalan para sopir M 44.

Dalam dua bulan terakhir, berbagai kebijakan dinggap telah menyusahkan mereka. Polemik M 44 bermula pada 4 April lalu, ketika 10 feeder transjakarta mengambil alih rute mereka.

(Baca juga: Dishub Minta Mikrolet 44 Tidak "Ngetem" di Depan Stasiun Tebet)

Feeder ini pada awalnya tidak mengganggu mereka karena kendaraannya masih sedikit dan belum diminati warga. Namun, lambat laun, feeder transjakarta mulai ramai penumpang.

Tiga hari setelah feeder transjakarta beroperasi, Dinas Perhubungan DKI Jakarta menutup pelintasan kereta Stasiun Tebet.

Kebijakan ini membuat para sopir mikrolet bertambah kesal. Beton-beton pemisah jalan tampak memblokade pelintasan kereta di kanan dan kiri jalan sehingga tidak ada lagi kendaraan yang bisa melintas.

SK Dirjen Perhubungan Darat Nomor 770 Tahun 2005 menyebutkan bahwa jalan tidak sebidang atau perpotongan antara rel dan jalan raya tidak diperbolehkan.

Aturan ini juga terdapat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.

Penutupan pelintasan kereta ini dilatarbelakangi banyaknya M 44 yang ngetem di sekitar stasiun. Akibatnya, lalu lintas di sekitar pelintasan kereta kerap macet sehingga membahayakan kendaraan yang melintas.

Setelah pelintasan ditutup, pengemudi M 44 tak kehilangan akal. Mereka memutar balik dan ngetem di depan ruko yang ada di dekat perlintasan kereta.

Namun, warga dan pemilik ruko merasa terganggu akan kehadiran M 44 yang ngetem ini. Mereka pun melapor ke Dinas Perhubungan DKI Jakarta.

(Baca juga: Dishub DKI Sediakan Tempat "Ngetem" bagi Mikrolet 44)

Sebagai langkah tindak lanjut, Dishub secara berkala menertibkan M 44 yang membandel dengan menderek mereka.

Kemarin, 10 armada M 44 kembali diderek. Salah seorang sopir, Bocor, mengatakan bahwa Dinas Perhubungan tidak adil karena feeder transjakarta dibolehkan ngetem, sedangkan mereka tidak.

“Kita ini bersaing dengan transjakarta. Kita ngalah, ngetem sudah jauh dari stasiun. Ini otomatis penumpang sedikit, pendapatan berkurang. Masa masih diderek juga?” ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka pada Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka pada Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com