Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PDI-P Dianjurkan Ajak Heru Budi Jadi Kader

Kompas.com - 07/06/2016, 11:34 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu Ketua DPP PDI-P, Andreas Hugo Pareira, mengatakan bahwa partainya masih membuka peluang untuk mengusung Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok bersama Djarot Saiful Hidayat sebagai calon kepala daerah pada Pilkada DKI 2017. Namun,  Ahok harus mengakui terlebih dahulu bahwa jalur independen yang ditempuhnya bersama kelompok relawan "Teman Ahok" adalah langkah yang salah.

Politisi PDI-P lainnya, Aria Bima bahkan meminta untuk Ahok kembali ke 'kandang' yakni partai politik. Ahok diminta maju lewat jalur partai politik, bukan perseorangan.

"Walaupun (jalur independen) tidak dilarang hukum, setahu saya, calon independen akhirnya diperbolehkan, apabila tidak ada parpol yang mau mengusung. Akhirnya, opsinya diberi ruang calon independen, tetapi akibatnya parpol tidak mau mengusung," kata anggota Komisi VI DPR RI tersebut.

Namun Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengatakan, jika kesempatan PDI-P dan Ahok bergandengan tangan dalam Pilkada DKI terbuka, harusnya tidak membicarakan benar atau salah jalur independen. Yunarto melihat ada opsi yang bisa diambil. Opsi itu bisa mempertemukan Ahok dan PDI-P.

Jika Ahok tetap memilih jalur independen, PDI-P bisa membuka peluang untuk Heru Budi, bakal calon pendamping Ahok masuk menjadi kader partai. Heru bisa menjadi wakil dari partai.

Soalnya, kata Yunarto, "Kalau Ahok masuk jalur parpol dan teman-teman partai lain, bagaimana kemudian aspirasi Teman Ahok bisa ditampung."

"Harusnya varian seperti itu dimunculkan, bukan setback seperti Bang Hugo katakan itu (jalur independen) salah. Itu mengulang perdebatan independen bagian deparpolisasi atau independen lebih buruk," kata Yunarto.

Yunarto menilai, komentar para politisi PDI-P terhadap jalur independen Ahok seperti membuka kembali perdebatan tentang deparpolisasi.

"Ini hanya mengulang perdebatan bahwa jalur independen bagian deparpolisasi yang itu sama sekali salah dan tidak bisa dibuktikan," kata Yunarto saat dihubungi Kompas.com di Jakarta, Senin (6/6/2016).

Jalur perseorangan tak bisa dianggap salah, apalagi di dalam negara yang menganut sistem presidensial seperti Indonesia. Negara memperbolehkan individu dipilih secara langsung dalam pemilihan eksekutif. Berbeda dengan sistem parlementer di mana pemilihan eksekutif ditentukan oleh partai politik pemenang pemilu.

Yunarto menyarakan bila partai politik tetap bersikeras menganggap jalur independen salah, maka harusnya membatalkan undang-undang yang berlaku perihal pemilihan kepala daerah.

"Itu yang menurut saya menunjukkan ketidakdewasaan partai dalam memahami jalur di luar partai politik. Artinya tingkat kepercayaan publik yang rendah (terhadap partai politik) selama ini tidak dianggap sebagai otokritik," kata Yunarto.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bungkamnya Epy Kusnandar Setelah Ditangkap Terkait Narkoba dan Mengaku Sehat

Bungkamnya Epy Kusnandar Setelah Ditangkap Terkait Narkoba dan Mengaku Sehat

Megapolitan
Polisi Cari Tahu Alasan Epy Kusnandar Konsumsi Narkoba

Polisi Cari Tahu Alasan Epy Kusnandar Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Epy Kusnandar Terlihat Linglung Usai Tes Kesehatan, Polisi: Sudah dalam Kondisi Sehat

Epy Kusnandar Terlihat Linglung Usai Tes Kesehatan, Polisi: Sudah dalam Kondisi Sehat

Megapolitan
Usai Tes Kesehatan, Epy Kusnandar Bungkam Saat Dicecar Pertanyaan Awak Media

Usai Tes Kesehatan, Epy Kusnandar Bungkam Saat Dicecar Pertanyaan Awak Media

Megapolitan
Polisi Selidiki Penemuan Mayat Pria Terbungkus Kain di Tangsel

Polisi Selidiki Penemuan Mayat Pria Terbungkus Kain di Tangsel

Megapolitan
Polisi Tes Kesehatan Epy Kusnandar Usai Ditangkap Terkait Kasus Narkoba

Polisi Tes Kesehatan Epy Kusnandar Usai Ditangkap Terkait Kasus Narkoba

Megapolitan
Tersangkut Kasus Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap Dalam Kondisi Sadar

Tersangkut Kasus Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap Dalam Kondisi Sadar

Megapolitan
Mayat yang Ditemukan Dalam Sarung di Pamulang Berjenis Kelamin Pria dan Berusia Sekitar 40 Tahun

Mayat yang Ditemukan Dalam Sarung di Pamulang Berjenis Kelamin Pria dan Berusia Sekitar 40 Tahun

Megapolitan
Polisi Otopsi Mayat Pria Terbungkus Kain yang Ditemukan di Tangsel

Polisi Otopsi Mayat Pria Terbungkus Kain yang Ditemukan di Tangsel

Megapolitan
Polisi Temukan Luka di Leher dan Tangan pada Jasad Pria Dalam Sarung di Pamulang

Polisi Temukan Luka di Leher dan Tangan pada Jasad Pria Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Angkot di Ciracas Tabrak Motor dan Mobil akibat 'Ngebut'

Angkot di Ciracas Tabrak Motor dan Mobil akibat "Ngebut"

Megapolitan
 Mayat Terbungkus Kain Ditemukan di Pamulang, Tangsel

Mayat Terbungkus Kain Ditemukan di Pamulang, Tangsel

Megapolitan
Polresta Bogor Tangkap 6 Pelaku Tawuran, Dua Orang Positif Narkoba

Polresta Bogor Tangkap 6 Pelaku Tawuran, Dua Orang Positif Narkoba

Megapolitan
Dilempar Batu oleh Pria Diduga ODGJ, Korban Dapat 10 Jahitan di Kepala

Dilempar Batu oleh Pria Diduga ODGJ, Korban Dapat 10 Jahitan di Kepala

Megapolitan
Terbentur Aturan, Wacana Duet Anies-Ahok pada Pilkada DKI 2024 Sirna

Terbentur Aturan, Wacana Duet Anies-Ahok pada Pilkada DKI 2024 Sirna

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com