JAKARTA, KOMPAS.com - Listrik di Rusunawa Tambora, Jakarta Barat, dan di Rusunawa Rawa Bebek, Jakarta Timur, sama-sama menggunakan listrik bersubsidi, yakni 900 kwh. Meski begitu, harga listrik di kedua rusun tersebut berbeda.
Di Rusun Tambora, penghuni bisa memperoleh 93,2 kwh listrik dengan membeli pulsa listrik sebesar Rp 50.000. Jumlah kwh yang didapat dengan pembelian Rp 50.000 itu sudah dikurangi biaya administrasi Rp 2.500 dan bea PJU 3 persen atau sebesar Rp 1.383.
Hal tersebut terlihat dari struk listrik atas nama Supriyatin, penghuni Tower A Rusun Tambora, yang ditunjukan pengelola rusun kepada Kompas.com.
"Karena subsidi, jatuhnya lebih murah dari token di luar. Rp 20.000 itu bisa untuk dua minggu kalau pemakaian normal," ujar Kepala UPRS Tambora, Rusli, kepada Kompas.com, Jumat (10/6/2016).
Sementara untuk pembelian pulsa listrik sebesar Rp 100.000, penghuni Rusun Tambora bisa memperoleh 191,2 kwh listrik.
"Saya pemakaiannya sedikit, cuma TV sama kipas angin aja paling. Rp 100.000 ini bisa dua bulan," kata Surya (20), penghuni Tower B Rusun Tambora, sambil menunjukkan struk pembelian listrik yang baru saja dibelinya dari pengelola rusun.
"Sekarang Rp 50.000 jadi 36 kwh," ujar Bambang, sembari menunjukkan beberapa struk pembelian listrik dari pengelola, Kamis (9/6/2016).
Akibatnya, dalam waktu satu bulan, Bambang harus merogoh kocek lebih dari Rp 150.000 untuk membeli pulsa listrik. Pulsa listrik seharga Rp 50.000 hanya bertahan paling lama sepekan lebih.
Padahal pemakaiannya hanya televisi, kulkas, kipas angin dan untuk lampu di dalam unit rusun.
Kepala Rusun Tambora Rusli mengaku tidak mengetahui adanya perbedaan jumlah kwh yang diperoleh dengan nominal pembelian yang sama di kedua rusun tersebut.
Namun, dia menduga perbedaan itu terjadi karena perbedaan peruntukan Rusun Tambora dan Rusun Rawa Bebek pada awalnya.
"Mungkin tergantung program awalnya. Kalau di sini dari awal memang untuk MBR (masyarakat berpenghasilan rendah)," ucap Rusli.
Berbeda dengan Rusun Tambora, Rusun Rawa Bebek mulanya memang diperuntukan bagi para pekerja dan lajang. Namun, rusun itu kini ditempati oleh warga relokasi Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara.