JAKARTA, KOMPAS.com - Pada hari ulang tahun ke-489, Jakarta masih memiliki kekurangan yang menjadi PR bersama untuk diperbaiki ke depan. Kekurangan yang harus diperbaiki adalah layanan publik yang manusiawi.
Pengamat tata kota Yayat Supriatna menilai, layanan yang manusiawi belum tercapai pada program revitalisasi kawasan kumuh. Pemindahan warga kalangan menengah ke bawah dari rumah mereka ke rumah susun baru sebatas pemindahan fisik semata.
"Ketika warga dipindahkan, prinsipnya hati harus senang. Bagaimana cara pendekatan kepada warga yang harus berdasarkan rasa keadilan dan musyawarah," kata Yayat saat dihubungi, Rabu (22/6/2016).
Dari pengalaman selama ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dinilai tergesa-gesa dalam memindahkan warganya ke rumah susun sederhana sewa. Pemindahan warga sebatas memindahkan orang tanpa memperhitungkan lebih lanjut bagaimana kehidupan warga selanjutnya di sana.
"Meski menempati tanah negara, kondisinya mereka dari yang awalnya punya rumah jadi tidak punya rumah. Penting supaya tidak hanya fokus pada revitalisasi fisik, tapi juga revitalisasi ekonomi dan sosial," ucap Yayat.
Layanan yang manusiawi atau memanusiakan bisa dilihat dari berbagai aspek. Pada aspek transportasi, menurut Yayat, warga dilayani dengan manusiawi jika layanan transportasi semakin baik.
Contohnya adalah bus transjakarta. Beberapa hari ini, jalur bus transjakarta telah disterilkan sehingga laju bus lebih lancar dan mempersingkat waktu penggunanya. Hal itu dinilai sebagai bentuk layanan yang manusiawi.
"Lebih manusiawi lagi jika nanti ERP (Electronic Road Pricing) telah diterapkan dan pemasukan dari ERP bisa untuk subsidi angkutan umum sehingga warga enggak perlu bayar lagi. Saya pernah tanya ke Kadishub, katanya hal itu memungkinkan," ujar Yayat.