JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama Perusahaan Daerah (PD) Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya, Erlan Hidayat mengatakan, biaya untuk mengurangi tingkat kehilangan air bersih atau non revenue water (NRW) di seluruh Jakarta tidak kecil.
Dari hitung-hitungan yang dia lakukan, biaya untuk memperbaiki saluran air yang kini mengalami kebocoran bisa mencapai Rp 2,5 triliun.
"Saya pernah menghitung, ada 12 area dengan NRW tertinggi. Yang saya hitung kalau saya ganti semua pipanya (anggaran yang terpakai) Rp 2,5 triliun untuk semua penghematan NRW 13 persen," kata dia pada acara halal bi halal yang diadakan PAM Jaya, Palyja, dan Aetra, di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (21/7/2016).
Menurut Erlan, biaya untuk memperbaiki kebocoran itu tak sebanding dengan pendapatan yang akan didapat dari pelanggan apabila saluran itu diperbaiki. Ia menyebut biaya air per kubik yang akan didapat hanya Rp 60.000.
Selain tak ada pendapatan yang berimbang dengan anggaran perbaikan, Erlan menyatakan memperbaiki kebocoran air juga tidak otomatis bisa menolong penyaluran air bersih ke daerah-daerah yang belum terlayani.
Dari situlah, ia menilai memperbaiki kebocoran bukanlah solusi untuk memperluas pelayanan air bersih di Jakarta. Karena yang harus dilakukan adalah menambah lokasi pemasok air bersih.
Saat ini, air bersih di Jakarta diketahui hanya dipasok dari Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat.
"Kami bukannya tidak mau memperbaiki NRW. NRW harus diperbaiki. Tidak bisa kami membiarkan pelayanan seperti itu di Jakarta. Tapi kalau saya harus memilih dengan uang yang sama Rp 2,5 triliun, apakah memperbaiki kebocoran atau membuat air baru? Saya lebih milih membuat air baru," kata Erlan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.