Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Ahok, Belum Ada Bukti Kuat Kasus Dugaan Pencabulan di Kantor Wali Kota Jakpus

Kompas.com - 10/08/2016, 12:27 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja mengatakan, berdasarkan laporan yang diterimanya, sampai saat ini belum ada bukti kuat mengenai kasus dugaan pencabulan yang dilakukan oknum pegawai negeri sipil (PNS) di Kantor Wali Kota Jakarta Pusat.

Sebab, Ahok (sapaan Basuki) menyebut rekaman kamera pengawas (CCTV) tidak memperlihatkan adanya pergerakan dari para terduga pelaku di ruangan yang disebut menjadi lokasi pencabulan.

"Enggak jelas, lho. Enggak ada bukti CCTV. Yang bilang di lantai ini, orangnya ini lagi keluar. Semua CCTV katanya enggak ada," ujar Ahok di Balai Kota, Rabu (10/8/2016).

Menurut Ahok, perlu bukti kuat untuk menyatakan terduga pelaku memang terbukti melakukan aksinya itu.

"Misalnya kamu tuduh saya jewer kamu di sini, kan ada CCTV semua nih. Jam yang sama, hari yang sama saya enggak di sini. Saya lagi tugas di luar. Bagaimana kamu mau nuduh saya?" kata Ahok.

Meski belum memiliki bukti, Ahok menyatakan pihaknya pasti akan memberikan sanksi pemberhentian jika PNS yang menjadi terduga pelaku memang benar melakukan aksinya.

"Kalau PNS, PHL, oknum siapapun berbuat enggak wajar, asusila, pasti saya berhentikan," ucap Ahok.

Ada tiga PNS yang dilaporkan telah memperkosa M (17), seorang siswi SMK yang tengah magang di salah satu instansi di Kantor Wali Kota Jakpus. Mereka adalah A, H, dan Y. Kejadian yang dilaporkan terjadi pada Rabu (4/8/2016).

Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Awi Setiyono mengatakan dari tiga rekaman CCTV yang diambil oleh kepolisian memperlihatkan bahwa A sedang tidak berada di kantor. Tetapi berada di sebuah hotel di Tanah Abang.

"Saat itu dia juga sedang bersama dua orang rekannya untuk mengurus masalah pertanahan di hotel itu," ujar Awi di Mapolda Metro Jaya, Selasa (9/8/2016).

Sementara itu, kata Awi, M mengatakan dirinya dipegangi oleh H dan Y di lantai 6 gedung Wali Kota Jakarta Pusat sekitar pukul 12.00 WIB. Namun dari keterangan saksi-saksi pada jam tersebut H sedang tidak bertugas dan berada di rumah, sedangkan Y memang sedang bertugas tapi dia tidak berada di lantai 6 gedung itu.

"H sama Y yang dituduh membantu, saksi H lepas dinas kemudian Y itu di kantor, tapi di lantai berbeda. Hal itu dikuatkan oleh CCTV dan kesaksian 21 saksi yang diperiksa," ucapnya.

Awi pun mengungkapkan saat dipertemukan dengan H dan Y, pelapor tidak mengenali keduanya. Ia hanya mengenali A saja.

Kompas TV Ahok Yakin 3 Parpol Pendukung Tetap Konsisten
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Megapolitan
Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Megapolitan
Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Megapolitan
Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Megapolitan
Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada 'Study Tour' ke Luar Kota

Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada "Study Tour" ke Luar Kota

Megapolitan
RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Megapolitan
KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

Megapolitan
Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Megapolitan
Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Kali Sodong, Efendy Pamit Beli Bensin ke Keluarga

Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Kali Sodong, Efendy Pamit Beli Bensin ke Keluarga

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Prioritaskan Warga Jakarta dalam Rekrutmen PJLP dan Tenaga Ahli

Pemprov DKI Diminta Prioritaskan Warga Jakarta dalam Rekrutmen PJLP dan Tenaga Ahli

Megapolitan
Polisi Kesulitan Identifikasi Pelat Motor Begal Casis Bintara di Jakbar

Polisi Kesulitan Identifikasi Pelat Motor Begal Casis Bintara di Jakbar

Megapolitan
Parkir Sembarangan Depan Toko, Sebuah Mobil Dilakban Warga di Koja

Parkir Sembarangan Depan Toko, Sebuah Mobil Dilakban Warga di Koja

Megapolitan
Terminal Bogor Tidak Berfungsi Lagi, Lahannya Jadi Lapak Pedagang Sayur

Terminal Bogor Tidak Berfungsi Lagi, Lahannya Jadi Lapak Pedagang Sayur

Megapolitan
Duga Ada Tindak Pidana, Kuasa Hukum Keluarga Mayat di Kali Sodong Datangi Kantor Polisi

Duga Ada Tindak Pidana, Kuasa Hukum Keluarga Mayat di Kali Sodong Datangi Kantor Polisi

Megapolitan
Dijenguk Polisi, Casis Bintara yang Dibegal di Jakbar 'Video Call' Bareng Aipda Ambarita

Dijenguk Polisi, Casis Bintara yang Dibegal di Jakbar "Video Call" Bareng Aipda Ambarita

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com