Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaksa dan Kuasa Hukum Jessica Saling Bentak, Pengunjung Diminta Keluar

Kompas.com - 07/09/2016, 18:35 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Suasana dalam sidang kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (7/9/2016), seketika memanas. Jaksa penuntut umum dengan kuasa hukum terdakwa Jessica Kumala Wongso saling membentak.

Keributan dimulai saat salah satu penuntut umum, Sugih Carmalo, mempertanyakan pernyataan saksi ahli forensik yang dihadirkan pihak Jessica, dr Djaja Surya Atmadja.

"Saya bingung, di hasil toksikologi Labfor, dikatakan bibir korban berwarna kebiruan. Tapi, tadi saudara ahli bilang, warna bibir korban malah kemerahan. Padahal kan ahli mengaku tidak memeriksa korban itu bagaimana?" kata Sugih.

"Bukan begitu, Pak, anda salah," jawab Djaja singkat yang kemudian dipotong langsung oleh Sugih.

"Saya ini jaksa, anda tidak bisa bilang kalau saya salah. Jangan sembarangan, ya," jawab Sugih dengan nada meninggi.

"Tolong saksi saya jangan dibentak-bentak, tanyakan saja, nanti dijawab seperti biasa," kata kuasa hukum Jessica, Otto Hasibuan, menengahi mereka.

"Supaya tidak ribut, penuntut umum silakan bertanya, kalau saksi bisa jawab, silakan dijawab. Kalau tidak, jangan dijawab," ucap Ketua Majelis Hakim Kisworo.

Sesudahnya, Djaja menerangkan bahwa dia membandingkan antara teori orang terkena sianida dengan fakta bibir jenazah Mirna yang kebiru-biruan. Dalam penjelasannya, Djaja menyebutkan bahwa bibir seseorang yang keracunan sianida seharusnya kemerah-merahan, bukan kebiru-biruan.

Tidak lama kemudian, karena waktu penuntut umum menanggapi yang diberikan majelis hakim terbatas, pertanyaan kembali disampaikan ke Djaja. Salah satu penuntut umum, Hari Wibowo, kembali menanyakan apa bidang keahlian Djaja sebenarnya.

"Jadi, fokus bidang keahlian yang saudara hadir di sini sebagai ahli, itu apa?" tanya Hari.

"Sudah saya katakan tadi, saya ahli forensik, meliputi toksikologi juga. Toksikologi juga ada macam-macam, ada toksikologi obat, ada..," jawab Djaja yang kemudian kembali dipotong oleh Hari.

"Nah, ini jadi meragukan, sebenarnya kapasitas anda hadir di sini sebagai ahli apa?" tanya Hari.

Suasana semakin memanas sampai penuntut umum satunya lagi, Sandhy Handika, menanyakan data apa saja yang diberikan kuasa hukum kepada Djaja sebelum memberi kesaksian dalam sidang hari ini.

Ketika Djaja belum sempat memberikan jawabannya, Sandhy melontarkan sebuah pernyataan.

"Data apa saja yang anda terima dari kuasa hukum tidak bisa menguasai, sebenarnya anda tahu enggak sih apa yang anda analisis?" seru Sandhy sambil menunjuk ke arah Djaja.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com