Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Digital Forensik Nilai Video dari Jaksa Tidak Otentik dan Menyalahi Aturan Kapolri

Kompas.com - 15/09/2016, 16:18 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com —
 Ahli digital forensik dari Universitas Mataram, Rismon Hasiholan Sianipar, menilai CCTV Kafe Olivier yang ditampilkan jaksa penuntut umum dalam sidang kasus kematian Wayan Mirna Salihin meragukan.

Keraguannya didasarkan pada cara penyidik mendapatkan rekaman tersebut sampai diperlihatkan dalam tengah persidangan.

"Barang bukti CCTV ini tidak otentik dan menyalahi aturan Kapolri. Sangat disayangkan penyidik cuma memindahkan rekaman tersebut ke dalam flash disk. Seharusnya, itu semua disita sehingga bisa diperiksa secara lebih komprehensif," kata Rismon di hadapan majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (15/9/2016).

Aturan Kapolri yang dirujuk Rismon adalah Peraturan Kapolri Nomor 10 Tahun 2009 tentang Tata Cara dan Persyaratan Permintaan Pemeriksaan Teknis Kriminalistik Tempat Kejadian Perkara dan Laboratoris Kriminalistik Barang Bukti kepada Laboratorium Forensik Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Kuasa hukum Jessica, Otto Hasibuan, menambahkan, semua alat bukti harus disita tanpa pengecualian.

"Termasuk dengan unit CCTV dalam hal kasus ini. Ini kan tidak, cuma dipindahkan melalui flash disk, apalagi ahli sudah menjelaskan, ada reduksi yang menyebabkan indikasi manipulasi dari rekaman CCTV tersebut," tutur Otto.

Sebelumnya, jaksa penuntut umum sempat membawa hard disk tempat rekaman CCTV asli dari Kafe Olivier disimpan. Namun, hard disk itu tidak bisa dibuka.

"Kami tidak punya password-nya, Yang Mulia. Itu pakai password," ujar salah satu penuntut umum, Sandhy Handika.

Penjelasan Rismon pun dilanjutkan dengan menggunakan rekaman CCTV Kafe Olivier yang ditampilkan sebelumnya melalui sejumlah stasiun televisi nasional. Stasiun televisi yang tayangannya digunakan adalah TV One, Berita Satu, dan Kompas TV.

Melalui salah satu penjelasannya, Rismon berpendapat, ada reduksi file video CCTV dari sirkuitnya langsung yang merupakan file asli hingga dipindahkan ke flash disk milik penuntut umum.

Reduksi itu membuat tayangan CCTV yang ditampilkan penuntut umum di tengah persidangan menjadi kabur dan terindikasi ada manipulasi tertentu dengan mengedit rona, pencahayaan, hingga pikselnya.

Kompas TV Suami Mirna Ungkap Sejumlah Kejanggalan Jessica
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com