Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pecahnya Koalisi Kekeluargaan, Impian "Head to Head" Tinggal Kenangan...

Kompas.com - 23/09/2016, 07:18 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Koalisi Kekeluargaan pecah sudah. Perpecahan itu ditandai dengan keputusan dua poros partai politik di Puri Cikeas dan Kertanegara.

Puri Cikeas merupakan kediaman Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Ada empat partai yang tergabung dalam poros Cikeas, yaitu Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional, dan Partai Persatuan Pembangunan.

Sementara itu, Kertanegara merupakan kediaman Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Hanya ada dua partai yang ikut pertemuan di sana, yaitu Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera.

Dini hari ini, Jumat (23/9/2016), Koalisi Cikeas memutuskan mengusung Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni sebagai bakal calon gubernur dan bakal calon wakil gubernur pada Pilkada DKI Jakarta 2017.

Mereka juga sepakat untuk membentuk koalisi dari empat partai saja tanpa Gerindra dan PKS.

"Dalam pertemuan yang maraton, saya kira kita semua sudah ikuti. Akhirnya, pagi ini sepakat berempat, Demokrat, PPP, PKB, dan PAN sepakat buat apa yang kami janjikan. Buat kejutan disepakati cagub-cawagub adalah cagub Agus Harimurti Yudhoyono berpasangan dengan Sylviana murni," kata Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.

Sementara itu, Gerindra dan PKS juga memastikan hanya dua partai yang tergabung dalam koalisi mereka. Kedua partai itu memutuskan tak akan ikut ke dalam poros Cikeas yang diisi Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Amanat Nasional (PAN).

"Iya (mengusung cagub-cawagub sendiri)," kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon.

Rencananya, koalisi ini akan mengumumkan siapa yang akan diusung siang ini di kediaman Prabowo. Dua pasang calon dari dua koalisi ini akan mendaftar ke KPU DKI hari ini.

Tidak ada head to head

Dengan pecahnya Koalisi Kekeluargaan, hilang sudah impian untuk dapat head to head dengan pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat. Padahal, sebelumnya pimpinan partai Koalisi Kekeluargaan di tingkat provinsi sepakat untuk tetap solid.

Sandiaga sebelumnya juga sempat dibujuk agar mau mengalah jika akhirnya hanya menempati posisi cawagub demi bisa head to head dengan Ahok.

Peneliti politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsudin Harris menilai, tak solidnya Koalisi Kekeluargaan karena sejak awal terbentuk tak ada konsep matang yang dipersiapkan untuk menghadapi Pilkada DKI Jakarta 2017. (Baca: Koalisi Kekeluargaan Tak Solid karena Sejak Awal Tak Punya Konsep Matang)

Harris mengatakan, faktor lain yang membuat Koalisi Kekeluargaan gagal karena dibentuk oleh pengurus partai di tingkat daerah. Selain itu, belum punya kandidat yang akan diusung. Bahkan, ada yang menilai koalisi ini dibentuk hanya karena emosi atas dasar "Asal bukan Ahok".

"Koalisi kekeluargaan waktu itu kan diinisiasi, digagas oleh pemimpin partai pada level kedua dan ketiga, bukan level utama sehingga mentah lagi, mentah lagi. Utak-atik pasangan calon," kata Syamsudin.

Syamsudin menilai, karena tak ada konsep awal yang matang, Koalisi Kekeluargaan mulai goyah. Koalisi semakin pecah setelah PKS mengklaim bahwa Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sudah menyetujui kadernya, Mardani Ali Sera, akan menjadi calon wakil gubernur Sandiaga Uno.

Empat partai lainnya merasa tak diajak berdiskusi soal pasangan calon ini.

"Kenapa PKB sama PPP resisten, sebab belum disepakati. Yang namanya koalisi mestinya diomongin," kata Syamsudin. (Baca: Koalisi Kekeluargaan Berpeluang Menang Jika "Head To Head" dengan Ahok-Djarot)

Kompas TV Koalisi 4 Parpol Usung Agus Yudhoyono-Sylviana Murni
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com